News  

Summer and Winter Solstice Jadi Bukti Rotasi Bumi Berbeda

Summer and Winter Solstice Jadi Bukti Rotasi Bumi Berbeda

Jakarta (ANTARA) – Fenomena Summer and Winter Solstice atau titik balik matahari musim dingin dan musim panas membuktikan bahwa rotasi bumi tidak selalu sama setiap saat sepanjang waktu. Keadaan ini disebabkan oleh puncak kemiringan sumbu rotasi bumi terhadap garis orbitnya ketika mengelilingi matahari.

Kajian mengenai rotasi bumi tentu telah diajarkan di sekolah-sekolah hingga di kampus seperti di kampus Sampoerna Academy. Namun ternyata, ada satu fenomena yang membuktikan bahwa rotasi bumi ternyata tak selalu sama.

Melansir dari abc news, pada 13 Juni 2022, diketahui bahwa pada Selasa, 21 Juni 2022, belahan bumi di bagian selatan akan mengalami fenomena hari terpendek dan juga malam terpanjang dalam setahun sementara belahan bumi bagian utara akan mengalami titik balik matahari musim panas yang mengakibatkan hari terpanjang dan malam terpendek dalam setahun.

Apa Itu Summer and Winter Solstice?

Summer and Winter Solstice merupakan realitas situasi Bumi saat ini, di mana ketika Bumi mengorbit mengelilingi Matahari ia miring saat berputar lalu menyebabkan musim panas dan musim dingin. Hal ini membuktikan bahwa rotasi bumi tidak selalu sama.

Di Australia, saat musim panas belahan bumi selatan miring menjadi lebih dekat dengan Matahari, dan ketika musim dingin belahan bumi selatan miring menjauh dengan Matahari.

Sementara Summer and Winter Solstice adalah ketika belahan bumi selatan miring di titik terjauh dengan Matahari.

Hal ini menyebabkan cuaca panas dan malam yang pendek dan di saat yang sama sisi lain Bumi miring menjauh dari Matahari sehingga menyebabkan suhu dingin dan malam yang lebih panjang.

“Selama musim dingin, bagian Bumi kita dimiringkan menjauh dari Matahari dan oleh karena itu (Matahari) tidak berada di atas cakrawala selama setiap hari,” kata Tim Bedding, seorang astronom di University of Sydney.

Kapan Terjadinya Winter and Summer Solstice?

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Summer and Winter Solstice menjadi sebuah tanda di mana belahan bumi selatan atau utara miring di titik terjauh dari Matahari.

Pada belahan bumi selatan fenomena ini akan terjadi antara tanggal 20-22 Juni 2022 sementara di belahan bumi utara akan terjadi pada 21 atau 22 Desember 2022.

Panjang siang dan malam yang diperkirakan sama disebabkan oleh Ekuinoks musim semi dan musim gugur yang terjadi di saat Matahari muncul tepat di atas Khatulistiwa.

Di samping itu, menurut Profesor Bedding, kalender tidak sinkron secara sempurna dengan pergerakan Matahari dan Bumi membutuhkan waktu kira-kira 365 seperempat hari untuk mengelilingi Matahari sehingga menyebabkan adanya tahun kabisat.

“Satu tahun bukanlah jumlah hari yang genap,” katanya.

Demikian juga dengan panjang hari yang tidak tepat 24 jam, hal ini juga berarti bahwa tengah hari dimana waktu Matahari seharusnya berada di titik tertinggi di langit ternyata tidak terjadi pada saat jam mencapai tengah hari.

Ketika titik balik matahari musim dingin, siang Matahari menjadi lebih lambat beberapa menit jika dibandingkan dengan hari sebelumnya.

Oleh karena itu, ketika Matahari terbit dan terbenam juga berangsur-angsur akan menjadi lebih lambat setelah titik balik matahari musim dingin.

Kesimpulannya adalah matahari terbenam di waktu yang paling awal akan terjadi sebelum titik balik Matahari musim dingin, sedangkan Matahari terbit di waktu paling lambat akan terjadi setelah lewat.

“Yang penting bukanlah matahari terbenam dan matahari terbit, tetapi perbedaan di antara keduanya paling pendek (pada titik balik matahari musim dingin),” jelas Profesor Bedding.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA 2022

Artikel ini bersumber dari www.antaranews.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!