News  

Kenapa Kabel Listrik di Indonesia Semrawut? Ternyata Ini Kendala Utamanya

Kenapa Kabel Listrik di Indonesia Semrawut? Ternyata Ini Kendala Utamanya

Suara.com – Sultan Rif’at Alfatih (20) kini menjadi difabel akibat kecelakaan yang menimpanya pada 5 Januari 2023 lalu. Tenggorokannya hancur akibat terjerat kabel optik yang melintang di ruas jalan Antasari, Jakarta Selatan.

Akibatnya, kini Sultan tak bisa makan dan minum secara normal. Bahkan untuk bernapas pun ia membutuhkan alat bantu. Tak hanya itu, Sultan kini juga kesulitan untuk berkomunikasi.

Kronologi peristiwa

Kejadian nahas tersebut bermula ketika mahasiswa Universitas Brawijaya itu pulang ke rumahnya di kawasan Bintaro, saat liburan kuliah.

Baca Juga:Pengemudi Ojol Tewas Hindari Kabel Menjuntai Di Palmerah, Polisi Bakal Periksa Sudin Bina Marga Jakarta Barat

Pada 5 januari 2023, Sultan dan teman-temannya pergi bermain dengan mengendarai sepeda motor di ruas jalan TB Simatupang, lalu melintas di Jalan Pangeran Antasari.

Insiden itu berawal ketika ada kabel optik yang melintang di ruas jalan dan tersangkut di atap sebuah mobil yang ada di depan Sultan dan teman-temannya.

Pengemudi mobil berjalan perlahan di bawah kabel itu, namun ia salah perhitungan. Kabel itu tersangkut di atap mobil, namun si pengemudi tidak menyadarinya.

Kabel optik yang terbuat dari serat baja itu tidak putus ketika tertarik. Setelah beberapa meter terseret mobil, kabel itu terlepas dan menjepret Sultan yang tepat ada di belakang.

Kabel itu tepat mengenai leher Sultan hingga ia seketika terjatuh dan tidak sadarkan diri. Teman-temannya panik, ia lalu di bawa ke RSUP Fatmawati.

Baca Juga:Kuasa Hukum Sultan Minta Bali Tower Bikin Surat Permohonan Maaf, Bukan Utus Orang Kasih Uang Rp 2 M Agar Korban Bungkam

Mengapa kabel listrik di Indonesia semrawut?

Peristiwa nahas yang menimpa Sultan, membawa kita pada satu pertanyaan mendasar, kenapa kabel listrik di Indonesia kerapkali semrawut?

Di tahun 2019 lalu Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa pernah mengatakan kendala utamanya adalah dana.

Fabby mengakui, penataan tiang listrik di Indonesia sangat semrawut. Hal ini disebabkan pemasangan kabel fiber optik dilakukan terkesan asal-asalan.

Ia mengatakan, sebenarnya kabel listrik dan kabel optik itu bisa ditanam di dalam tanah sehingga tak perlu menjuntai di atas.

Namun, menurutnya, untuk merealisasikan itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, terlebih untuk kota besar di Pulau Jawa.

“Butuh dana yang besar sekali, belum juga memikirkan kabel-kabel lain yang ikut numpang di tiang listrik,” ujar Fabby Tumiwa, dikutip Suara.com dari laman iesr.or.id.

Namun ia tidak menyebut dengan pasti, berapa besaran biaya yang dibutuhkan untuk membangun infrastruktur kabellistrik bawah tanah.

Ia menjelaskan, pemasangan kabel di bawah tanah juga memerlukan proses yang tidak mudah. Sebab pekerjaannya dimulai dengan membongkar tiang listrik yang ada.

Setelah itu mengamankan kabel agar tetap berfungsi, sehingga tidak menganggu pasokan listrik ke masyarakat.

Sebab, jika pasokan listrik terganggu, maka bisa menimbulkan dampak atau kerugian ekonomi yang tidak sedikit.

Meski begitu, ia optimis Indonesia bisa melakukan hal itu, sebab metode membuat infrastruktur di dalam tanah sebagian sudah dilakukan, seperti saluran air dan pipa gas juga.

“Tapi saya yakin pelan-pelan PLN dan pemerintah (akan) mencobanya,” pungkas Fabby.

Kontributor : Damayanti Kahyangan

Artikel ini bersumber dari www.suara.com.

error: Content is protected !!