Sajikan Aneka Nasi Sambal dan Lauk, Warung Cari Makan Bisa Dijangkau Semua Kalangan

Sajikan Aneka Nasi Sambal dan Lauk, Warung Cari Makan Bisa Dijangkau Semua Kalangan

Warung Cari Makan kini menjadi salah satu referensi kuliner di Kota Solo.

SOLO, JITUNEWS.COM – Kota Solo terus memermak diri sehingga semakin memikat para wisatawan. Pembangunan destinasi wisata religi hingga revitalisasi situs budaya dicanangkan pemerintah kota demi menarik turis domestik hingga mancanegara.

Daya tarik Kota Solo itu juga ditunjang dengan keberadaan tempat sajian pemuas lidah dan perut. Dari sekian banyak titik kuliner, Warung Cari Makan adalah salah satu yang agaknya sulit dilewatkan begitu saja.

Bertempat di Jl Prof. Dr. Supomo No.1 Surakarta, Warung Cari Makan nyaris tak pernah sepi pengunjung saat jam buka, yakni pukul 09.00-22.00 WIB. Berbagai menu yang ditawarkan di antaranya aneka Sego Sambel, dan bermacam lauk seperti Ayam Kampung, Kulit Ayam, Babat, Paru, Oseng Mercon, hingga Cumi Asin Cabe Ijo.

Kumpulan Resep Kue Lebaran, Cocok Jadi Ide Jualan

Perintis sekaligus pemilik, Erlinta Yudhantoro mengatakan Warung Cari Makan sejak awal didirikan ingin menjangkau beragam kalangan. Oleh karena itu, Erlin mengupayakan tempat yang bisa memberi rasa nyaman bagi siapa pun.

“Konsepnya memang warung apa adanya, gak usah terlalu diinteriorin, interiornya gak usah dibagus-bagusin. Yang penting orang yang pengin makan sini itu gak minder,” kata pria yang karib disapa Erlin itu, Rabu (12/7/2023).

Soal menu, menurut Erlin, Warung Cari Makan sengaja menyediakan hidangan yang tak berjarak dari masyarakat. Dia berharap sajian yang ada dapat dinikmati oleh banyak orang.

“Kita cuma pengin menunya itu yang semua orang suka,” ujar pria 35 tahun itu.

Untuk keluarga maupun sekumpulan kawula muda, Erlin merekomendasikan menu yang cukup komplet di Paket Cobek. Paket tersebut memuat 2 Nasi Putih, 2 Gereh Besek, 2 Sayap, 1 Telur Dadar, Terong, Sambal Orek, Sambal, Lalapan, dan 2 Es Teh. Untuk memesan paket ini, pengunjung hanya perlu merogok kocek Rp60 ribu.

“Sebenarnya (Paket Cobek) buat bertiga masih cukup,” imbuh Erlin.

Untuk diketahui, Warung Cari Makan buka setiap hari, kecuali Jumat. Kelengkapan menu beserta harganya dapat dicek di sini.

Bermula dari Menolong Pekerja

Ide tentang bisnis kian melimpah di era digital. Namun, semangat untuk memulai usaha itu tak selalu ada. Dorongan itu terkadang datang dari arah yang tak terduga. Itu pula yang dialami Erlinta Yudhantoro.

Pria kelahiran Sukoharjo itu, selulus kuliah dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo pada 2010, merantau ke Jakarta untuk bekerja di ranah desain interior. Dia bertahan di ibu kota selama hampir tujuh tahun.

Pada 2017, Erlin memutuskan untuk pulang ke kampung halaman. Saat itu, ia tak memiliki pandangan soal pekerjaan. Dia pun sempat berkecimpung di layanan taksi daring.

Selepas menikah pada 2018, tercetuslah gagasan untuk memulai bisnis di bidang kuliner. Sempat bergerak di kancah perkopian, pada akhirnya Erlin—bersama sang istri—memutuskan untuk merombak konsep usahanya. Uniknya, hal itu didorong oleh mantan pegawainya yang kala itu mengharapkan pekerjaan.

“Mulanya di UMS, sebenarnya kopi itu sudah kita tutup. Kopi itu jalan 6 bulan, kemudian tutup. Kan ada satu pegawaiku, setelah dua bulan tutup, bertanya ke istri (soal pekerjaan),” cerita Erlin.

“Kita bingung (untuk memberi pekerjaan). Saya saja masih serabutan, apa saja dilakukan. Buat hidup sehari-hari masih mepet, ini malah ada yang minta dikasih kerjaan,” lanjutnya.

Berhubung masa kontrak masih tersisa, Erlin menjajal peruntungan kembali di lingkup kuliner. Saat itu, ia menjajakan rice bowl. Berjalannya waktu, disadari bahwa menu tersebut pangsa pasarnya terbatas.

Erlin merasa harus menggeser sedikit arah usahanya agar bisa menggapai masyarakat yang lebih luas. Setelah mempelajari konten-konten digital, ia memasukkan menu aneka nasi sambal. Ia senang karena langkahnya itu berbuah hasil.

“Kita nambah menu kulit (ayam) dulu. Ternyata banyak orang suka. Tapi kalau kulit sama nasi putih kayaknya kurang. Akhirnya kita tambah menu nasi sambal. Orang Solo kebanyakan kan suka pedas. Kita kasih menu pedas yang sambal itu. Soalnya kalau gak kayak gitu, pangsa pasarnya terbatas. Yang bisa ke semua orang lah (harapannya),” terang dia.

Kini, Erlin bersyukur Warung Cari Makan telah memiliki banyak pelanggan. Menurutnya, pencapaian ini tak terlepas dari peran mantan pegawainya saat itu.

“Dari nolongin mbaknya itu alhamdulillah bisa jadi kayak sekarang. Mungkin kalau dulu gak nolong, mungkin kita gak usaha makanan seperti ini,” tuturnya.

Bertahan dari Terpaan Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 sempat meniarapkan segala yang ada. Nyaris semua aspek terdampak karena persebaran virus dan kebijakan yang dimaksudkan untuk meredamnya.

Ketika beralih ke kawasan Keprabon, bisnis makanan yang semula diberi nama Cari Makan Express berjalan cukup lancar di masa pandemi. Kala itu, Erlin lebih banyak menggarap pesanan dari sebuah platform digital.

“Pandemi itu online ramai. Dari waktu ke waktu semakin ramai, bertahan sampai 1,5 tahun. Alasan berhenti karena tempat tersebut tidak boleh diperpanjang (kontraknya),” jelas Erlin.

Erlin kemudian melabuhkan usahanya di sekitar Jalan Slamet Riyadi, Solo. Namun, baru satu pekan buka, aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diterapkan.

“Padahal kita mengharapkan (pelanggan) makan di tempat, tapi kok belum bisa,” ujarnya.

Lambat laun Covid-19 semakin terkendali. Seiring hal itu, Warung Cari Makan perlahan mulai diminati khalayak. Puncaknya, tempat tersebut didatangi Food Vlogger, Nex Carlos dan Magdalenaf.

Namun, Erlin lagi-lagi harus memindahkan lokasi usahanya. Kali ini, ia tidak dapat memperpanjang masa kontrak kios—meski sebenarnya ia sangat ingin.

“Saya awalnya sudah ditawari sini (di jalan Dr Supomo), tapi saya mau memperpanjang itu (kontrak di Slamet Riyadi). Karena dikasih orang lain, saya pindah ke sini. Setelah kedatangan Nex Carlos (di Slamet Riyadi), selang satu bulan kita pindah,” ucapnya.

Pelanggan dari Lintas Kota

Warung Cari Makan telah mendapatkan pelanggan dari berbagai kota. Bahkan, beberapa di antaranya datang ke Solo demi melahap hidangan di tempat tersebut.

Terkait hal itu, Erlin acapkali diliputi rasa tak percaya. Pasalnya, ia menilai Solo memiliki banyak titik kuliner legendaris yang bisa jadi referensi wisatawan.

“Banyak customer dari luar kota itu malah datang langsung ke sini. Misal dari Jogja, cuma mau ke sini. Masak hanya ke sini, maksudnya di Solo banyak warung legendaris. Kita di lingkup Solo belum legend, bukan makanan khas Solo juga,” kata Erlin.

Erlin mengapresiasi upaya pemerintah setempat dalam menarik wisatawan. Menurutnya, hal itu bisa berdampak pada segi perekonomian, khususnya bagi pengusaha kuliner.

“Kayak kemarin ada acara di Sriwedari banyak yang mampir ke sini, acara atlet (ASEAN Para Games). Dari pengunjung Masjid (Sheikh) Zayed itu juga. Selain itu ada peziarah, bahkan pemain klub sepak bola Persis Solo,” ungkapnya.

“Dari luar kota, Madiun, Ngawi, Kudus, apalagi Jogja. Mereka tahunya mungkin dari TikTok, Instagram,” imbuh Erlin.

Capaian dan Keberanian untuk Bermimpi

Seperti yang pernah dipandang jauh sebelumnya, Warung Cari Makan hingga saat ini sudah disinggahi pembeli yang bukan dari kalangan tertentu. Siapa pun akan disambut baik dan diperkenankan untuk merasakan kenikmatan dari menu yang ada.

“Alhamdulillah bisa seperti ini (ramai). Sebenarnya gak berani mimpi, soalnya awalnya kita memang dari nol. Sampai segini kita gak nyangka,” ujar Erlin.

Namun, Erlin tak bisa lekas puas. Ia masih memiliki mimpi yang barangkali tak terbatas, seperti membuka cabang di kota-kota besar Indonesia. Kendati begitu, ia ingin mewujudkannya secara pelan-pelan.

“Ke depannya saya pengin bikin central kitchen, kita bikin dapur yang terpisah dari sini (warung). Kalau udah bisa jalan, nanti kalau buka cabang tinggal copy paste,” kata Erlin.

“Kita masih membangun sistem selama berjalan 3-4 tahun. Insyaallah kalau dimudahkan kita ingin buka di luar kota. Sebenarnya banyak yang nawarin, Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Jogja juga ada,” lanjutnya.

Erlin menambahkan, sekalipun usahanya sudah berjalan mulus, ia merasa masih perlu banyak belajar. Bekal berupa ilmu kekulineran menurutnya sangat penting untuk kelanggengan bisnis yang ia jalankan.

“Kita sambil belajar sama yang senior-senior. Berguru dengan orang yang udah pernah mengalami 20 tahun lebih. Siapa tahun ke depannya bisa mengikuti jejaknya,” pungkasnya.

Cocok Disajikan saat Lebaran, Ini Resep Rendang Daging Sapi


Artikel ini bersumber dari www.jitunews.com.

error: Content is protected !!