Rusia Siap Lanjutkan Perjanjian Nuklir dengan AS, Asalkan…

Rusia Siap Lanjutkan Perjanjian Nuklir dengan AS, Asalkan…

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia meminta AS untuk berhenti mengirim bantuan senjata kepada Ukraina sebelum Moskow nantinya setuju untuk melanjutkan pembahasan soal perjanjian New START

JAKARTA, JITUNEWS.COM – Juru bicara Kementerian Rusia Maria Zakharova, pada Rabu (30/11) mengatakan bahwa Rusia tidak akan melanjutkan pembicaraan soal perjanjian nuklir bilateral dengan Amerika Serikat, New START, jika Washington tetap mengirim bantuan senjata kepada Ukraina.

Berbicara dalam wawancara langsung dengan radio Sputnik, Maria Zakharova mengatakan: “AS bermaksud untuk memasok lebih banyak senjata ke wilayah konflik, di mana Federasi Rusia terlibat langsung. Artinya, mereka akan menyediakan semua senjata ini, mereka akan mendorong rezim Kiev untuk menyebabkan lebih banyak pertumpahan darah, mereka akan mengalokasikan uang untuk kegiatan ekstremis yang dilakukan di bawah naungan orang-orang yang mengalami delusi ini [dalam kepresidenan Ukraina], dan kami akan duduk bersama mereka di meja yang sama dan mendiskusikan masalah keamanan timbal balik dengan mereka, termasuk yang menjadi minat mereka?”

Ia menekankan bahwa Moskow sebenarnya menghargai perjanjian New START, karena kesepakatan itu sudah sesuai dengan kepentingan nasional Rusia dan AS. Hanya saja, ia menegaskan bahwa sejumlah kondisi yang diperlukan harus dipenuhi sebelum pembicaraan dapat dilanjutkan.

Hungaria Minta NATO Tidak Anti-China

Sebelumnya, diplomat Rusia dan Amerika Serikat dijadwalkan bertemu di Kairo pada hari Selasa (29/11) kemarin untuk membahas perpanjangan kesepakatan New START, yang akan berakhir pada awal 2026. Namun, Rusia membatalkan pertemuan tanpa memberikan tenggat waktu.

New START membatasi jumlah hulu ledak nuklir yang dimiliki AS dan Rusia, dan membatasi jumlah rudal balistik antarbenua berbasis silo, rudal balistik yang diluncurkan kapal selam, dan bom nuklir yang dikerahkan oleh kedua negara. Jumlah total kendaraan pengiriman nuklir strategis juga tidak boleh melebihi 800 unit.

Sebelumnya, Zakharova mengatakan bahwa Rusia memutuskan untuk menangguhkan pembahasan soal perjanjian nuklir bilateral tersebut karena Amerika Serikat mencoba memanipulasi perjanjian itu untuk keuntungannya dan melakukan perilaku “toxic” anti-Rusia, khususnya setelah pecahnya perang Ukraina-Rusia pada akhir Februari kemarin.

“Di semua wilayah, kami mencatat tingkat toksisitas dan permusuhan tertinggi dari Washington,” kata Zakharova.

“Sebagai bagian dari perang hibrida habis-habisan yang dilancarkan terhadap kita, hampir setiap langkah AS menuju Rusia tunduk pada keinginan untuk sedapat mungkin menyakiti negara kita,” pungkasnya.

Rayakan Kekalahan Timnas Iran, Suporter Ditembak Mati oleh Petugas Keamanan


Artikel ini bersumber dari www.jitunews.com.

error: Content is protected !!