Diresmikan Bupati, Mayjen Yudomo jadi Nama Jalan di Karanganyar

Diresmikan Bupati, Mayjen Yudomo jadi Nama Jalan di Karanganyar

Peresmian nama jalan Yudomo bermula dari usulan PWKS dan didukung Bupati Karanganyar.

KARANGANYAR, JITUNEWS.COM — Mayjen TNI Yudomo Sastrosoehardjo resmi menjadi nama jalan di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Jalan itu membentang dari Taman Pancasila hingga lampu merah Lalung.

Peresmian jalan Mayjen TNI Yudomo Sastrosoehardjo dilakukan oleh Bupati Karanganyar, Juliyatmono pada Jumat, 11 Agustus 2023.

Juliyatmono mengatakan Yudomo merupakan tokoh militer asal Karanganyar yang memiliki peran penting di masa lalu, khususnya di ranah ketentaraan. Dia berharap figur yang kini menjadi nama jalan di wilayahnya itu menjadi sumber inspirasi bagi khalayak.

Kritik Jalan yang Ditutup Selama PPKM untuk Olahraga, Polisi: Justru Timbulkan Kerumunan

“Semoga dengan diresmikannya Mayjen TNI Yudomo Sastrosoehardjo menjadi nama jalan ini dapat menginspirasi masyarakat agar bisa lebih berperan untuk bangsa dan negara,” ujar Juliyatmono saat acara peresmian jalan di Rumah Mayjen Yudomo, utara SMK Negeri 1 Karanganyar, Jumat (11/8).

Acara tersebut turut dihadiri oleh Ketua Paguyuban Warga Karanganyar Surakarta (PWKS) Mayjen TNI (Purn) Dr Ir H Suharno MM, beserta para pengurus lainnya yakni Brigjen (Purn) Drs Rahyono WS, Laksda (Purn) Yoedoko, Ir Soebroto, dan pengurus lainnya. Hadir juga dalam peresmian nama jalan itu istri serta kedua putri almarhum Mayjen (Purn) Yudomo.

Untuk diketahui, peresmian nama jalan ini merupakan usulan dan hasil perjuangan PWKS yang mendapat dukungan dari Bupati Karanganyar.

Profil Mayjen TNI Yudomo Sastrosoehardjo

Yudomo lahir pada 1 Maret 1949 di Karanganyar, Jawa Tengah. Dia anak keempat dari 10 bersaudara dari pasangan Slamet Sastrosoehardjo dan Soertiyem. Ayah Yudomo merupakan seorang pegawai negeri di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Karanganyar.

Setelah lulus dari SMA, Yudomo melanjutkan pendidikannya ke AKABRI Bagian Darat di Magelang. Ia lulus dengan pangkat letnan dua pada tahun 1971. Setelah menjadi instruktur di AKABRI Bagian Darat, Yudomo mengikuti pendidikan komando di Batujajar. Yudomo menyelesaikan pendidikan selama beberapa bulan lalu ditempatkan sebagai komandan peleton di Grup I Kopassandha.

Pada 7 Juli 1977, Yudomo menikah dengan Sri Mulyaningsih. Dari pernikahan ini, ia dikaruniai tiga orang anak bernama Nadilla Riani, Yudith Iradilla, dan Herwindo.

Pada tahun yang sama, Yudomo diterjunkan ke Timor Timur dalam rangka Operasi Seroja. Yudomo meniti kariernya di Kopassandha pada awal tahun 1980 hingga mencapai jabatan perwira pembantu madya administrasi.

Lalu, Yudomo ditugaskan di Komando Daerah Militer II/Sriwijaya pada 1988. Dia mengemban tugas sebagai Komandan Distrik Militer Kota Bandar Lampung, Komandan Distrik Militer Kota Palembang, dan Wakil Asisten Operasi Komando Daerah Militer II/Sriwijaya.

Pada tahun 1992, Yudomo dilantik menjadi Asisten Operasi Komando Pelaksana Operasi Timor Timur dan dinaikkan menjadi kolonel pada.

Yudomo kemudian dipindahkan ke Jakarta sebagai Asisten Sosial Politik Kepala Staf Daerah Militer Jayakarta pada tahun 1994. Ia kemudian kembali ke Kodam Udayana sebagai Komandan Resor Militer (Danrem) 162/ Wirabhakti. Yudomo mengakhiri masa jabatannya sebagai danrem pada 14 November 1995.

Yudomo lantas dipindahkan ke kesatuan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat sebagai Kepala Staf Divisi Infanteri II Kostrad.

Pada 14 November 1996, Yudomo dilantik sebagai Kepala Staf Garnisun Jakarta. Selama menjabat, Yudomo memimpin proses pengamanan pemilihan umum tahun 1997. Selain itu, Yudomo juga memimpin pengerahan pasukan huru-hara ketika terjadi kerusuhan saat kampanye di sejumlah wilayah Jakarta.

Yudomo mendapat promosi jabatan menjadi mayor jenderal pada tanggal 4 Agustus 1997. Yudomo resmi diangkat menjadi Asisten Pengamanan Kepala Staf Angkatan Darat. Beberapa bulan kemudian, namanya masuk bursa calon gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Maret 1998.

Pada 27 Mei 1998, Yudomo dilantik menjadi Panglima Daerah Militer IX/Udayana. Delapan hari kemudian, Yudomo melakukan kunjungan ke wilayah Timor Timur guna meninjau sejumlah pos operasi penting.

Yudomo berangkat dari Pangkalan Udara Dili pada pukul 07.16 WITA ke Kabupaten Baucau yang kemudian dilanjutkan perjalanan ke Kabupaten Viqueque. Yudomo bersama rombongan berencana meninjau Batalyon Tempur Teritorial 401 dan kodim di Viqueque.

Tepat pukul 10.21 WITA, helikopter yang ditumpangi kehilangan kendali pada ketinggian 400 meter. Helikopter tersebut jatuh dan terbakar. Yudomo dan seluruh rombongan meninggal dalam kecelakaan tersebut. Jenazah Yudomo kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta.

Soal Ataturk Jadi Nama Jalan, PAN: Jangan Ambil Nama yang Kontroversi


Artikel ini bersumber dari www.jitunews.com.

error: Content is protected !!