News  

5 Jenis Bullying Pada Dokter Residen Dibongkar Menkes: Disuruh Laundry sampai Antar Anak

5 Jenis Bullying Pada Dokter Residen Dibongkar Menkes: Disuruh Laundry sampai Antar Anak

Suara.com – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkap jenis-jenis perundungan atau bullying di lingkungan program pendidikan dokter spesialis (PPDS) atau dokter residen.

Budi menyatakan akan menghukum pelaku yang melakukan bullying tersebut. Sementara itu sanksi disesuaikan dengan jenis tindakan bullying yang dilakukan. 

Hal itu dilakukan untuk memutus mata rantai bullying di lingkungan kedokteran yang sudah mengakar kuat selama puluhan tahun. Simak beberapa jenis bullying dokter residen yang dibongkar Menkes Budi Gunadi Sadikin berikut ini.

1. Disuruh-suruh Bak Asisten Pribadi

Baca Juga:Menkes Budi Gunadi Sadikin Buka Situs Laporan Bullying Dokter, Apakah Identitas Korban Bakal Terlindungi?

Menkes Budi Gunadi menyebut ada dokter atau junior yang dijadikan seperti asisten pribadi atau pembantu. Hal ini tentu saja termasuk dalam aksi bullying. 

“Yang saya dengar adalah peserta didik ini digunakan sebagai asisten, sebagai pembantu pribadi. Laundry, nganterin anak, ngurusin parkir,” ungkap Menkes Budi saat memberikan keterangan pers terkait ‘Peraturan Bullying dalam UU Kesehatan’ di Gedung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Jakarta pada Kamis (20/7/2023).

“Kalau ada acara misalnya kurang sendok plastik, dia (junior dokter) mesti cariin sendok plastik karena kita (senior dokter) ada makan,” sambungnya.

2. Caci Maki

Menkes Budi Gunadi menilai aksi bullying terhadap dokter residen lebih banyak bersifat suruhan pribadi. Jika si junior enggan atau lama membalas suruhan, ada yang sampai dicaci maki.

Baca Juga:Dokter RS Mayapada di Sidang Mario Dandy: Sampai David Ozora Dipanggil Tuhan, Dia Tetap Pasien Saya

“Dia (bullying dokter) suruhan yang sifatnya pribadi. Kalau saya lihat isinya ada yang disuruh ambil segala macam (barang), ada yang dia dicaci maki, kamu kok nggak bisa?” ujar Budi.

3. Tulis Jurnal Penelitian

Aksi bullying lainnya yang disebutkan oleh Menkes Budi adalah ketika junior dokter diminta menulis jurnal penelitian oleh seniornya. Fenomena ini sangat disayangkan karena dokter yang seharusnya belajar malah mengalami bullying.

“Kalau misalnya melanggar melanggar etik penelitian, juniornya juga disuruh (perbaikin jurnal). Akibatnya, kasihan juniornya, dia harusnya belajar bener-bener untuk memperdalam spesialisasi yang diinginkan, kemudian disuruh tugas-tugas dari senior yang tidak ada hubungan dengan spesialisasi dia,” ucap Menkes Budi.

4. Ngumpulin Uang Jutaan Rupiah

Aksi bullying selanjutnya berkaitan dengan uang. Disebutkan cukup banyak dokter junior yang diminta mengumpulkan uang sampai jutaan rupiah untuk seniornya.

“Macam-macam (uangnya), bisa buat nyiapin rumah untuk kumpul-kumpul senior, kontraknya setahun Rp50 juta dibagi rata dengan juniornya,” ungkap Menkes Budi.

“Kan praktik sampai malam dan sama rumah sakit dikasih makan malam, tapi makan malamnya nggak enak. Seniornya bilang, kita maunya makannya makanan Jepang. Jadi setiap malam mesti makan makanan Jepang,” sambungnya.

5. Sewa Lapangan dan Sepatu

Tindakan bullying lainnya ada senior dokter yang seminggu sekali hendak pertandingan bola. Dokter juniornya disuruh sewakan lapangan bola dan sepatu-sepatu.

“Ya juniornya mesti mengeluarkan uang begitu,” ujar Budi Gunadi.

Aksi bullying itu menurut Menkes Budi tidak pernah berani disampaikan oleh para junior dokter. Akibatnya begitu sang junior dokter menjadi senior, maka dia akan melakukan hal yang sama.

“Kita berniat ingin putuskan praktik bullying yang sudah berjalan berpuluh-puluh kali. Kita harus membangun lingkungan pendidikan yang aman nyaman dan kondusif untuk pelatihan pendidikan dokter spesialis,” pungkas Budi.

Kontributor : Trias Rohmadoni

Artikel ini bersumber dari www.suara.com.

error: Content is protected !!
Exit mobile version