Saat Negara Lain Sibuk Cari ChatGPT, Indonesia jadi Satu-satunya Negara yang Betah dengan ‘Michat’

Saat Negara Lain Sibuk Cari ChatGPT, Indonesia jadi Satu-satunya Negara yang Betah dengan ‘Michat’

portal-rakyat.com – Saat ini, masyarakat di dunia tengah dihebohkan oleh teknologi canggih terbaru bernama ChatGPT . Teknologi ini merupakan kecerdasan buatan (artificial inteligence) yang bisa memberikan berbagai jawaban solusi manusia.

Saking pintarnya, ChatGPT ini bisa digunakan untuk menyelesaikan hal-hal yang sulit. Terbaru, aplikasi ChatGPT ini bisa digunakan menyelesaikan ujian kedokteran di Amerika Serikat.

Karenanya, masyarakat dunia mulai mencari informasi mengenai ChatGPT ini. Mereka ingin tahu bagaimana cara menggunakan artificial inteligence yang sangat cerdas tersebut.

Tetapi hal yang berbeda terjadi di Indonesia . Data yang dikeluarkan Google memperlihatkan Indonesia masih lebih menyukai situs-situs lainnya, salah satunya aplikasi perpesanan Michat dibanding informasi ChatGPT ini.

Data tersebut tim Pikiran-Rakyat.com akses dari Google Trend pada Senin, 30 Januari 2023. Hasilnya menunjukkan banyak negara-negara di dunia sudah mulai mencari informasi mengenai ChatGPT .

China menjadi negara paling banyak yang mencari informasi mengenai ChatGPT ini. Kemudian, di bawahnya ada negara-negara seperti Nepal, Israel, Lebanon, hingga Norwegia yang ingin mengetahui chatbot kecerdasan buatan tersebut.

Untuk pencariannya, para netizen di seluruh dunia ini mencari untuk beberapa keyword yang masuk dalam kategori pencarian ChatGPT . Mereka menggunakan keyword chat, chatgpt chat, gpt, gpt chat, atau AI yang semuanya berkaitan dengan informasi tersebut.

Di sisi lain, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang lebih sering mencari Michat dibandingkan ChatGPT . Data Google menunjukkan sebanyak 89 persen orang Indonesia masih lebih menyukai aplikasi pesan tersebut, dibandingkan mencari informasi tentang ChatGPT .

Indonesia juga menjadi negara dengan keyword pencarian Michat paling banyak. Keyword yang sering dicari misalnya: Michat kudus, logo aplikasi Michat, kaos Michat, tarif bo Michat.

Indonesia memang tercatat sebagai negara dengan jumlah pengguna Michat terbanyak di dunia.

Berdasarkan data yang dirilis Similarweb, pengguna MiChat sebagian besar merupakan netizen Indonesia , yakni mencapai 83,73 persen.

Sedangkan di peringkat kedua ditempati Prancis dengan 5,96 persen, Argentina 4,25 persen, Malaysia 2,52 persen, dan Amerika Serikat (AS) 2,19 persen.

Bagi Malaysia, jumlah pengguna yang berasal dari Negeri Jiran itu mengalami penurunan drastis hingga mencapai 42,57 persen.

Sementara untuk pengguna secara keseluhuran, Michat digunakan oleh 63,42 persen pria dan 36,58 persen wanita.

Sedangkan dari rentan usia, aplikasi MiChat ini banyak digunakan oleh orang-orang berusia 18-24 tahun, yakni sebanyak 37,45 persen.

Kemudian orang-orang berusia 25-34 tahun sebanyak 32,91 persen, dan usia 35-44 tahun sebanyak 14,41 persen.

Tak heran rasanya jika negara di dunia berlomba-lomba untuk mencari informasi mengenai ChatGPT . Pasalnya kecerdasan buatan ini memang terhitung sangat pintar.

Yang terbaru, ChatGPT diklaim berhasil US Medical Licensing Examination (USMLE). Itu merupakan ujian yang ditempuh mahasiswa kedokteran untuk mendapatkan lisensi dokter di Amerika Serikat.

ChatGPT dalam sebuah makalah dikatakan berhasil lulus dalam ujian kedokteran tersebut. Bahkan aplikasi ini bisa menawarkan berbagai jawaban profesional medis untuk permasalahan yang berbeda-beda.

ChatGPT berhasil lulus ujian yang mencakup tiga langkah untuk semua tingkat profesional medis. Chatbot ini menawarkan jawaban dari suatu masalah yang mengakar sampai ke akarnya.

Makalah pertama diterbitkan pada bulan Desember 2022 lalu. Dalam makalah ini, ChatGPT berhasil mencapai akurasi lebih dari 50 persen di semua ujian.

Dalam penelitiannya, para peneliti di medRxivopens yang melakukan tes menyatakan ChatGPT bisa membantu dunia medis, terutama karena analisisnya yang mendalam.

” ChatGPT menunjukkan kesesuaian dan wawasan tingkat tinggi dalam penjelasannya. Hasil ini menunjukkan bahwa model bahasa besar mungkin memiliki potensi untuk membantu pendidikan kedokteran, dan berpotensi, pengambilan keputusan klinis,” kata peneliti.***

error: Content is protected !!
Exit mobile version