Bagaimana Bentuk Alam Semesta? Begini Penjelasan Fisikawan

Bagaimana Bentuk Alam Semesta? Begini Penjelasan Fisikawan

Telset.id, Jakarta – Bentuk alam semesta sering menjadi perdebatan banyak orang. Alam semesta mungkin tampak tidak punya wujud. Sebab, alam semesta begitu luas.

Faktanya, bentuk alam semesta dapat diamati oleh para astronom. Nah, seperti apakah bentuknya? Fisikawan menganggap alam semesta cuma datar berdasarkan bukti.

Beberapa garis bukti menunjukkan alam semesta datar merujuk kepada cahaya yang tersisa dari Big Bang, laju perluasan di lokasi yang berbeda, dan cara dari sudut berbeda.

David Spergel, seorang ahli astrofisika teoretis dan profesor emeritus ilmu astrofisika di Universitas Princeton, telah menyelidiki soal alam semesta selama beberapa dekade.

BACA JUGA:

Dalam sebuah studi 2003 yang diterbitkan di The Astrophysical Journal, ia mengukur penyimpangan dalam berbagai latar belakang, termasuk gelombang mikro kosmik (CMB).

Ia juga mengukur berdasarkan cahaya tersisa dari Big Bang yang diamati oleh Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) NASA dan pesawat Planck Badan Antariksa Eropa.

Jumlah energi positif dan negatif di alam semesta datar persis sama sehingga saling meniadakan. Jika alam semesta punya kelengkungan, yang satu akan lebih tinggi dari yang lain.

“Alam semesta berbentuk datar sesuai dengan alam semesta dengan keberadaan energi nol,” kata Spergel kepada Live Science, seperti dikutip Telset pada Senin (14/11/2022).

Bentuk Alam Semesta

Pengukuran fluktuasi CMB oleh WMAP menunjukkan alam semesta tak terbatas dan datar. Spergel juga membandingkan pengukuran ini dengan yang dilakukan oleh Planck.

“Kita bisa mengukur kelengkungan dengan beberapa ketidakpastian. Kita dapat mengatakan bahwa kelengkungan adalah nol dengan beberapa ketidakpastian,” kata Spergel.

Alasan lain Spergel, alam semesta datar lantaran perluasannya cepat, yang ditangkap oleh konstanta Hubble. Alam semesta berubah dari bola materi padat menjadi mengembang.

Kecepatannya luar biasa. Karenanya, semua peregangan tersebut membuatnya datar. Atau, seperti kata Spergel, setidaknya alam semseta sedekat mungkin dengan datar.

Bukti kerataan alam semesta juga muncul dalam istilah kerapatan kritis. Dalam kerapatan kritis, alam semesta hipotetis akan menjadi datar, kemudian berhenti mengembang.

Tapi, hanya setelah waktu tak terhingga, menurut Swinburne University of Technology di Australia. Jika hipotetisnya lebih padat, alam semesta akan melengkung seperti bola.

Kendati demikian, semua pengukuran yang sebenarnya menunjukkan bahwa alam semesta berada tepat di bawah kerapatan kritis, yang berarti datar dan akan mengembang.

Garis bukti lain, alam semesta datar isotropik, yang artinya terlihat sama dari setiap sudut. Seperti kata Anton Chudaykin, fisikawan di Institute for Nuclear Research di Rusia.

BACA JUGA:

Ia melihat data tentang osilasi dalam materi reguler atau “baryonic“, serta model tentang bagaimana inti atom lebih berat daripada hidrogen dan diciptakan segera setelah Big Bang.

“Dalam geometri berbeda, materi dan cahaya berevolusi secara berbeda, yang memungkinkan untuk mengekstrak bentuk tiga dimensi alam semesta dari data pengamatan,” katanya.

Berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Physical Review D, ditemukan kesimpulan bahwa dalam margin akurasi 0,2 persen, alam semesta mempunyai datar. [SN/HBS]

Artikel ini bersumber dari telset.id.

error: Content is protected !!
Exit mobile version