Ciri-ciri Stunting pada Anak dan Langkah Pencegahan yang Harus Dilakukan Orang Tua

Ciri-ciri Stunting pada Anak dan Langkah Pencegahan yang Harus Dilakukan Orang Tua

portal-rakyat.com – Bahkan pemerintah Indonesia memberikan perhatian khusus pada masalah stunting yang dialami oleh anak -anak.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.

Kekurangan gizi itu sebenarnya terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga pada masa awal setelah bayi lahir.

Namun kondisi stunting , baru tampak setelah bayi berusia dua tahun.

Adapun satu ciri yang pasti bila anak mengalami stunting adalah tubuhnya tidak terlalu tinggi atau berperawakan pendek dari anak seusianya.

Namun, dikutip dari diskes.baliprov.go.id, stunting dan pendek merupakan kondisi yang berbeda sehingga membutuhkan penanganan yang tidak sama.

Singkatnya, stunting adalah pendek, tapi pendek belum tentu stunting .

Selengkapnya, inilah ciri-ciri stunting pada anak sebagaimana dikutip Tribunnews.com dari kemkes.go.id:

– Pertumbuhan melambat

Pertumbuhan yang tertunda terjadi ketika seorang anak tidak tumbuh dengan kecepatan normal sesuai usianya.

Keterlambatan pertumbuhan juga bisa didiagnosis pada anak yang tinggi badannya dalam kisaran normal, tapi kecepatan pertumbuhannya melambat.

– Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya

– Pertumbuhan gigi terlambat

Bayi terlambat tumbuh gigi juga bisa disebabkan oleh gangguan fisik pada gusi atau tulang rahang yang tidak memungkinkan gigi untuk muncul.

– Performa buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya

Gangguan konsentrasi terutama pada anak bisa menimbulkan pengaruh negatif.

Gangguan konsentrasi bisa mengganggu performa anak di sekolah.

Mereka juga bisa kesulitan melakukan kegiatan sehari-hari.

Anak juga kesulitan menangkap informasi secara detail.

Tak jarang gangguan konsentrasi juga berpengaruh pada cara berkomunikasi.

– Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata terhadap orang di sekitarnya

– Berat badan balita tidak naik bahkan cenderung menurun

Berat badan turun drastis merupakan salah satu tanda dari malnutrisi, yaitu kondisi ketika tubuh kekurangan nutrisi untuk menjalankan fungsinya.

Berat badan anak turun biasanya disebabkan karena kalori yang terbakar dengan mudah, tidak makan makanan sehat, menderita penyakit, atau metabolisme tubuh rendah.

Penurunan berat badan anak yang tak terduga dapat memiliki efek buruk pada kesehatan dan pertumbuhan anak secara keseluruhan.

– Perkembangan tubuh anak terhambat, seperti telat menarche (menstruasi pertama anak perempuan).

– Anak mudah terserang berbagai penyakit infeksi.

Nah, jika kondisi di atas dibiarkan tanpa penanganan, stunting bisa menimbulkan dampak berkepanjangan.

Apalagi jika anak sudah didiagnosa menderita stunting , maka kondisi gangguan pertumbuhannya tidak bisa dikembalikan seperti semula.

Walaupun diberikan makanan yang kaya gizi , tapi tetap saja pertumbuhannya tidak dapat maksimal.

Untuk jangka pendek, stunting bisa mengganggu perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.

Sementara dalam jangka panjang stunting adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar.

Termasuk menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua.

Lantas, apa saja yang harus dilakukan orang tua untuk mencegah stunting ?

Berikut langkah pencegahan yang harus dilakukan orang tua agar anak tidak stunting :

1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil

Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan.

Ibu hamil dianjurkan untuk selalu mengonsumsi makanan sehat dan bergizi serta suplemen atas anjuran dokter.

Selain itu, ibu hamil juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan.

Yang tak kalah penting, hindari asap rokok.

2. Lakukan pemantauan rutin

Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak , terutama dari tinggi dan berat badan.

Lakukan kunjungan secara teratur ke dokter atau pusat pelayanan kesehatan lainnya seperti Posyandu.

Dengan begitu, akan lebih mudah bagi orang tua untuk mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya.

3. Beri ASI Eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan

ASI berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro.

Oleh karena itu, ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI eksklusif selama enam bulan kepada sang buah hati.

Yang dimaksud ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa suplementasi makanan maupun minuman lain kecuali obat.

Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan.

4. Dampingi ASI dengan MPASI sehat

Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa memberikan makanan pendamping atau MPASI.

Pastikan makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting .

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan MPASI harus mencakup gizi seimbang.

Menu ini meliputi karbohidrat, protein (hewani dan nabati), lemak (minyak, santan, mentega), serta sayuran dan buah-buahan.

5. Selalu jaga kebersihan lingkungan

Anak-anak sangat rentan serangan penyakit, termasuk diare terutama bila lingkungan sekitar mereka kotor.

Faktor ini pula yang secara tak langsung meningkatkan peluang stunting .

6. Mengikuti program imunisasi dasar dan tambahan

Di Indonesia, ada lima imunisasi dasar yang wajib diikuti oleh seluruh anak .

Yaitu, Hepatitis B sebanyak 4 kali, BCG 1 kali, Polio 4 kali, DPT-HB 3 kali, dan Campak 1 kali.

Imunisasi diberikan sesuai dengan usia si kecil.

Pemberian imunisasi kepada anak sangat bermanfaat untuk membantu membangun kekebalan tubuh terhadap infeksi sejumlah penyakit menular.

Sehingga dia bisa memiliki tumbuh kembang optimal, jauh dari ancaman stunting .

(Tribunnews.com/Sri Juliati)

Shelvie Hana Labrak Daus Mini dan Minta Hak Asuh Anak, Pihak Daus Mini Tegas: Bukan Anak Kamu

Privacy Policy

We do not collect identifiable data about you if you are viewing from the EU countries.For more information about our privacy policy, click here

error: Content is protected !!