News  

BNPT: Kelompok marginal rentan dipengaruhi hal buruk

BNPT: Kelompok marginal rentan dipengaruhi hal buruk

Itu adalah contoh korban virus intoleransi, radikalisme terorisme

Jakarta (ANTARA) – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI Komisaris Jenderal (Komjen) Polisi Boy Rafli Amar mengatakan kelompok marginal cukup rentan atau rawan dipengaruhi hal-hal buruk oleh kelompok tertentu sehingga berpotensi melawan pemerintah.

“Padahal, kita butuh semangat persatuan,” kata Kepala BNPT Komjen Polisi Boy Rafli Amar usai meresmikan Warung NKRI di Jakarta, Jumat.

Boy mengatakan leluhur bangsa Indonesia telah mengajarkan masyarakat untuk bersatu dan cinta kepada negara. Termasuk pula peran para ulama yang mengajarkan hal demikian.

Mantan Kapolda Banten tersebut mengatakan jauh sebelum ini tepatnya saat bangsa Indonesia melawan penjajah di Surabaya pada tahun 1945, para ulama telah mencetuskan resolusi jihad fisabilillah.

“Ulama mengajarkan kepada kita melawan penjajah. Jadi, cinta kepada negara itu adalah bagian dari iman,” jelas Komjen Boy.

Baca juga: BNPT resmikan Warung NKRI lawan intoleransi di Tanah Air

Baca juga: BNPT: Perlu kesadaran kolektif hadapi virus intoleransi

Akan tetapi, ada pihak-pihak yang dengan sengaja menyebarkan ideologi intoleransi, radikalisme dan terorisme kepada anak bangsa. Tujuan mereka agar anak bangsa membenci bangsanya sendiri.

Pada akhirnya, anak bangsa disuruh menyakiti anak bangsa lain hingga rela menjadi pelaku bom bunuh diri. Tindakan seperti itu sangat jelas berlawanan dengan nilai-nilai pancasila dan tidak patut untuk dicontoh, tegas dia.

“Itu adalah contoh korban virus intoleransi, radikalisme terorisme,” ujarnya.

Melalui Warung NKRI yang tersebar di 10 provinsi di Indonesia diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai wadah atau tempat menyuarakan narasi-narasi positif yang mengedepankan cinta Tanah Air. Sehingga tidak ada lagi anak bangsa yang membenci atau memusuhi bangsa sendiri.

Lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1988 tersebut menyakini apabila hal itu dapat diwujudkan maka cita-cita Indonesia Emas pada tahun 2045 bisa diwujudkan.

“Perkuat narasi kebangsaan agar bisa mengalahkan narasi yang mengarah pada perpecahan, adu domba dan provokatif yang disebarkan di dunia maya,” ajak dia.

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Chandra Hamdani Noor
COPYRIGHT © ANTARA 2023

Artikel ini bersumber dari www.antaranews.com.

error: Content is protected !!