Ada Ancaman Resesi Global, Ini Ramalan Harga Minyak di 2023

Ada Ancaman Resesi Global, Ini Ramalan Harga Minyak di 2023

portal-rakyat.com – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengemukakan perkiraan harga minyak dunia pada 2023 ini, di tengah ancaman resesi ekonomi global dan ketidakpastian geopolitik dunia.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, berdasarkan skenario harga Dated Brent, harga minyak pada 2023 diperkirakan pada rentang US$ 72 per barel hingga US$ 121 per barel.

Adapun perkiraan harga US$ 72 per barel merupakan skenario ketika permintaan minyak dunia melemah akibat resesi. Sementara bila pasokan minyak dunia ikut terpangkas, maka harga minyak diperkirakan akan kembali melonjak hingga US$ 121 per barel.

Tapi untuk manajemen pasar (market management) dengan skenario dasar (base case), harga minyak pada 2023 diperkirakan berada di kisaran US$ 90 per barel.

Dwi menjelaskan, ketika ekonomi dunia melemah, sementara pasokan terus tumbuh, maka harga minyak diperkirakan berada di kisaran US$ 70 – US$ 80 per barel.

Sementara bila pasokan minyak turun, seperti akibat ekspor minyak Rusia yang menurun, namun permintaan minyak dunia meningkat tajam, maka harga minyak diperkirakan tetap akan tinggi di atas US$ 110 per barel.

Namun untuk skenario dasar (base case), bila permintaan tetap lebih rendah dari suplai atau produksi, lalu negara-negara eksportir minyak OPEC+ secara efektif mengelola pasokan untuk mendukung harga market, dan China mengalami pertumbuhan ekonomi, serta ekspor minyak Rusia menurun, maka harga minyak diperkirakan berada pada kisaran US$ 80 – US$ 100 per barel.

“Dengan kondisi ini, kami masih punya keyakinan harga masih akan relatif tinggi, kita pegang di base case-nya untuk 2023 ini,” ungkap Dwi saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (18/01/2023).

Berdasarkan data Kementerian Keuangan RI, harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada 2022 rata-rata tercatat mencapai US$ 97 per barel, jauh di atas asumsi ICP dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang sebesar US$ 63 per barel.

Akibat lonjakan harga minyak ini, penerimaan negara dari sektor hulu migas pun terdongkrak naik.

Indonesia meraup US$ 18,19 miliar atau sekitar Rp 275,6 triliun (asumsi kurs Rp 15.154 per US$) dari sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) pada 2022.

Capaian ini jauh lebih besar dibandingkan target yang ditetapkan sebesar US$ 9,95 miliar atau sekitar Rp 151 triliun. Capaian penerimaan negara dari hulu migas pada 2022 ini meningkat dibandingkan capaian 2021 yang sebesar US$ 13,8 miliar.

error: Content is protected !!