The Fed Bakal Melunak, Bursa Asia Dibuka Beterbangan

The Fed Bakal Melunak, Bursa Asia Dibuka Beterbangan

portal-rakyat.comJakarta, CNBC Indonesia – Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung cerah bergairah pada perdagangan Kamis (1/12/2022), setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) mengindikasikan adanya penurunan terhadap besaran kenaikan suku bunga pada pertemuan selanjutnya.

Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka melesat 1,03%, Hang Seng Hong Kong melejit 2,86%, Shanghai Composite China melonjak 1,25%, Straits Times Singapura menguat 0,56%, ASX 200 Australia melompat 1,19%, dan KOSPI Korea Selatan terdongkrak 1,14%.

Dari Korea Selatan, data ekspor pada November 2022 mengalami penurunan tahunan terburuk dalam 2,5 tahun terakhir, dirugikan oleh pendinginan permintaan global di pasar utama yang dipimpin oleh China dan penurunan dalam industri semikonduktor.

Ekspor negara ekonomi terbesar keempat di Asia tersebut merosot 14% dari tahun sebelumnya menjadi US$ 51,91 miliar bulan lalu, penurunan paling tajam sejak Mei 2020 dan dibandingkan dengan penurunan 5,7% pada Oktober lalu serta lebih besar dari prediksi pasar dalam survei Reuters sebesar 11%.

Korea Selatan adalah negara pengekspor besar pertama yang melaporkan data perdagangan bulanan yang mencakup produk-produk informasi teknologi utama dan memberikan gambaran awal tentang kesehatan pertumbuhan dan manufaktur global.

Ekspor ke China turun 25,5% pada bulan lalu dan menjadi penurunan enam bulan berturut-turut, sementara ekspor ke AS dan Uni Eropa masing-masing naik 8,0% dan 0,1%.

Risiko resesi global dan kebangkitan infeksi Covid-19 di China, telah menyeret ekspor Korea Selatan selama beberapa bulan terakhir. Kondisi permintaan di seluruh dunia masih cenderung melemah karena banyak ekonomi utama menaikkan biaya pinjaman secara agresif untuk melawan lonjakan inflasi.

Sedangkan impor Korea Selatan pada bulan lalu naik 2,7% menjadi US$ 58,93 miliar, menyusul kenaikan 9,9% sebulan sebelumnya dan dibandingkan dengan kenaikan 0,2% yang diharapkan oleh para ekonom.

Secara keseluruhan, Negeri Ginseng tersebut membukukan defisit perdagangan bulanan sebesar US$ 7,01 miliar pada bulan lalu, lebih besar dari posisi Oktober lalu yang sebesar US$ 6,7 miliar.

Selain itu, perekonomian Korea Selatan tumbuh pada kuartal III-2022, dengan penyesuaian musiman sebesar 0,3% dari kuartal sebelumnya, berdasarkan data bank sentral Korea Selatan (Bank of Korea/BoK) yang direvisi, di mana datanya cenderung tidak berubah dari prediksi sebelumnya.

Angka ini lebih lambat dari posisi kuartal II-2022 yang sebesar 0,7% dan menjadi tingkat pertumbuhan kuartalan paling lambat sejak kuartal III-2021.

Berdasarkan pengeluaran, konsumsi swasta naik 1,7% dan investasi fasilitas melonjak 7,9%. Tetapi investasi konstruksi turun 0,2%.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung cerah bergairah pada hari ini terjadi di tengah melesatnya bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Rabu kemarin.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melejit 2,18%, S&P 500 terbang 3,09%, dan Nasdaq Composite meroket 4,41%.

Melonjaknya bursa acuan dunia tersebut terjadi setelah pidato Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell yang mengindikasikan adanya penurunan terhadap besaran kenaikan suku bunga acuan pada pertemuan selanjutnya.

“Masuk akal untuk memoderasi laju kenaikan suku bunga kami saat kami mendekati tingkat pengekangan yang cukup untuk menurunkan inflasi. Waktu untuk memoderasi laju kenaikan suku bunga mungkin akan datang segera setelah pertemuan Desember” tuturnya dikutip CNBC International.

Namun, Powell memperingatkan bahwa The Fed kemungkinan tetap memberlakukan kebijakan yang restriktif untuk waktu yang lama sebelum mengakhiri perang inflasi.

“Meskipun ada beberapa perkembangan yang menjanjikan, jalan kita masih panjang untuk memulihkan stabilitas harga,” tambanya.

Komentar Powell memperkuat optimisme yang berkembang di antaranya beberapa investor memprediksikan bahwa The Fed akan menurunkan besaran kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bp) pada pertemuan 13-14 Desember 2022, setelah empat kenaikan agresif sebesar sepertiga persentase poin untuk menjinakkan inflasi.

Setelahnya, imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun turun sedikit, mengindikasikan bahwa kekhawatiran investor mereda terhadap keagresifan The Fed.

TIM RISET CNBC INDONESIA

error: Content is protected !!