Ombak Tinggi di Bali karena Angin Monsun, Ini Penjelasan BMKG

Merdeka.com – Sejumlah pantai di Pulau Bali diterjang ombak tinggi. Di Pantai Matahari Terbit, Sanur, Denpasar Selatan, air laut meluap membanjiri kios pedagang.

Peristiwa ombak tinggi juga terjadi di Angels Beach, Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Bahkan sebuah video viral memperlihatkan kapal penumpang terombang-ambing di Pelabuhan Padangbai, Kabupaten Karangasem, tidak bisa bersandar karena cuaca dan ombak yang tidak mendukung.

Koordinator Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar, Bali, I Nyoman Gede Wiryajaya menerangkan fenomena ombak tinggi yang terjadi di sejumlah pantai di Bali.

“Gelombang untuk sekarang ini memang ada peningkatan. Itu, yang (di pesisir) di selatan ada 1,5 meter dan 2 meter kalau di pinggir. Kalau di samudera lepas sampai enam meter tapi itu di samudera,” kata Nyoman Gede saat dihubungi, Rabu (31/8).

Dia juga menyebutkan, terjadinya ombak tinggi karena angin monsun Australia yang bertiup. Selain itu untuk kecepatan angin juga meningkat mencapai 17 knot di pesisir selatan.

“Kalau di pesisir itu sampai 1,5 sampai dua meter tapi begitu masuk laut lepas sampai enam meter di Samudera Hindia. Karena ini Monsun Australia masih aktif, dan kita masih di musim kemarau dan transisi dari musim kemarau ke musim hujan. Angin masih dari Australia bertiup dan menyebabkan gelombang cukup tinggi,” jelasnya.

Sementara untuk melihat permodelan arus angin untuk di Samudera Hindia mencapai 25 knot, dan di samudera lepas itu kecepatan angin cukup ekstrem dan perlu diwaspadai.

“Kalau dari permodelan kita lihat angin itu, sampai dengan 25 knot di laut lepas. Dari permodelan saya lihat di Samudera Hindia. Kalau di darat sampai 17 knot,” ujarnya.

“Angin dari Australia ini masih kencang karena dari Australia tidak ada hambatan (arus angin). Kalau dari Asia ada hambatan karena ada darat atau benoa-benoa. Sehingga ada perlambatan-lambatan. Kalau dari (Australia) angin lepas tidak ada hambatan dan langsung ke Indonesia,” ungkapnya.

Dia menyebutkan, untuk gelombang tinggi diperkirakan akan terjadi selama tiga hari. BMKG mengimbau bagi nelayan dan pelaku wisata bahari agar selalu waspada.

“Kami dari BMKG mengimbau yang utama selalu memperhatikan informasi dari BMKG dan meng-update informasi tersebut. Para nelayan dan wisata bahari juga memperhatikan informasi, sehingga lebih berhati-hati dan mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang kemungkinan terjadi,” ujarnya.

[cob]


Artikel ini bersumber dari www.merdeka.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!