Bursa Asia Dibuka Loyo, Cuma Bursa Hong Kong yang Kebal Fed

Bursa Asia Dibuka Loyo, Cuma Bursa Hong Kong yang Kebal Fed

portal-rakyat.comJakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Kamis (23/3/2023), mengikuti pergerakan bursa Amerika Serikat (AS) setelah bank sentral AS kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp).

Hanya indeks Hang Seng Hong Kong yang dibuka menguat pada hari ini, yakni menguat 0,16%.

Sedangkan sisanya dibuka melemah. Indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,57%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,33%, Straits Times Singapura merosot 0,88%, ASX 200 Australia terpangkas 0,69%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,22%.

Sementara untuk pasar keuangan Indonesia, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur Cuti Bersama dalam rangka Hari Nyepi.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah terjadi di tengah amblesnya bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Rabu kemarin, setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bp.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambruk 1,63%, S&P 500 ambles 1,65%, dan Nasdaq Composite ambrol 1,6%.

The Fed tetap menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,75-5,0%, Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia. Meski tetap menaikkan suku bunga, tetapi kenaikan ini sudah sesuai dengan prediksi pasar berdasarkan alat CME FedWatch.

Namun, kenaikan suku bunga The Fed ini terjadi di tengah krisis perbankan AS yang mengguncang dunia. Keputusan The Fed tersebut menegaskan jika inflasi tetap menjadi pertimbangan utama The Fed.

Inflasi AS sebenarnya sudah melandai ke 6% (year-on-year/yoy) pada Februari 2023, dari 6,4% (yoy) pada Januari 2023. Namun, masih jauh di atas target The Fed di kisaran 2%.

Chairman The Fed, Jerome Powell mengatakan rapat Federal Open Market Committee (FOMC) mempertimbangkan untuk menahan kenaikan suku bunga karena adanya krisis perbankan.

Namun, rapat tetap memutuskan kenaikan karena inflasi masih kencang dan pasar tenaga kerja masih panas.

Dalam sepekan terakhir, AS tengah diguncang krisis yang menimpa tiga bank mereka. Silicon Valley Bank (SVB), Signature Bank, dan Silvergate Bank.

“Pasar bersemangat saat mendengar jika The Fed telah mempertimbangkan untuk menahan suku bunga tetapi pasar kembali kecewa saat Powell mengklarifikasi jika The Fed terikat untuk menekan inflasi sehingga akan tetap menaikkan suku bunga jika diperlukan,” tutur Chris Zaccarelli, chief investment officer Independent Advisor Alliance, dikutip dari Reuters.

Selain keputusan The Fed, pelaku pasar juga bereaksi negatif terhadap pernyataan Menteri Keuangan AS, Janet Yellen.

Berbicara di depan senat pada Rabu kemarin waktu AS, Yellen mengatakan tidak akan ada ‘blanket insurance” atau jaminan kepada nasabah bank di atas ketentuan.

Dia menegaskan Lembaga Penjamin Simpanan AS (FDIC) akan tetap mempertahankan batas simpanan yang dilindungi di angka US$ 250.000 per nasabah atau sekitar Rp 3,84 miliar.

Saham First Republic Bank kembali ambruk 15,5% kemarin setelah pernyataan Yellen. Saham Pacific Western Bank juga jeblok 17,1% sementara Western Alliance Bancorp turun 5,0 %.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

error: Content is protected !!