Bikin Was-was! Gini Nasib Bursa Asia Pasca Suku Bunga AS Naik

Bikin Was-was! Gini Nasib Bursa Asia Pasca Suku Bunga AS Naik

portal-rakyat.comJakarta, CNBC Indonesia – Bursa saham di kawasan Asia Pasifik berakhir beragam dan cenderung ditutup menguat pada perdagangan Kamis (23/3/2023), padahal bank sentral paling powerfull di dunia, The Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp).

Indeks Nikkei 225 (Tokyo) ditutup turun 0,17%, Hang Seng (Hong Kong) naik 2,34%, Shanghai Composite menguat 0,64%. Sementara, KOSPI (Korea Selatan) terangkat 0,31%, dan ASX200 (Australia) terkoreksi 0,67%.

Namun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) sendiri tidak diperdagangkan hari ini lantaran pemerintah menetapkan cuti bersama Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1945.

Pergerakan bursa Asia mendapat sentimen negatif dari bursa saham Amerika Serikat (AS) yang ditutup ambrol pada perdagangan Rabu (22/3/2023) setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bp.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambruk 1,63%, S&P 500 ambles 1,65%, dan Nasdaq Composite ambrol 1,6%.

Pasar kembali dibikin was-was setelah The Fed tetap menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,75-5,0%, Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia. Meski tetap menaikkan suku bunga, tetapi kenaikan ini sudah sesuai dengan prediksi pasar berdasarkan alat CME FedWatch.

Parahnya, kenaikan suku bunga The Fed ini terjadi di tengah krisis perbankan AS yang mengguncang dunia.Keputusan The Fed tersebut menegaskan jika inflasi tetap menjadi pertimbangan utama The Fed.

Padahal sebelumnya pasar sudah dibuat optimis pascapidato yang ditujukan untuk menenangkan pasar yang diguncang oleh 2 kebangkrutan bank terkemuka bulan ini. Menteri Keuangan Amerika Serikat.

Yellen menegaskan bahwa sistem perbankan AS mulai stabil dan langkah-langkah yang diambil untuk menjamin simpanan di lembaga-lembaga tersebut, menunjukkan “komitmen tegas” untuk memastikan simpanan para deposan dan bank tetap aman.

Pejabat pemerintah AS juga mempertimbangkan untuk meningkatkan batas penjaminan simpanan, meskipun belum ada kesepakatan mengenai hal ini.

Jerome Powell mengatakan rapat Federal Open Market Committee (FOMC) mempertimbangkan untuk menahan kenaikan suku bunga karena adanya krisis perbankan.

“Pasar bersemangat saat mendengar jika The Fed telah mempertimbangkan untuk menahan suku bunga tetapi pasar kembali kecewa saat Powell mengklarifikasi jika The Fed terikat untuk menekan inflasi sehingga akan tetap menaikkan suku bunga jika diperlukan,” tutur Chris Zaccarelli, chief investment officer Independent Advisor Alliance, dikutip dari Reuters.

Namun, rapat tetap memutuskan kenaikan karena inflasi masih kencang dan pasar tenaga kerja masih panas.

Sepertinya penurunan inflasi bagi The Fed begitu penting apalagi tujuanya untuk mencapai target 2%. Inflasi AS sebenarnya sudah melandai ke 6% (year-on-year/yoy) pada Februari 2023, dari 6,4% (yoy) pada Januari 2023. Namun, masih jauh di atas target The Fed di kisaran 2%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com

error: Content is protected !!
Exit mobile version