Wabah Kolera di Afrika Makin Memburuk, WHO Minta Tambahan Bantuan Segera

Wabah Kolera di Afrika Makin Memburuk, WHO Minta Tambahan Bantuan Segera

JAKARTA, JITUNEWS.COM – Seorang pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang memantau keadaan darurat di Afrika, dr.Patrick Otim, baru-baru ini meminta semua pihak untuk memberikan lebih banyak bantuan kepada negara-negara di benua Afrika yang tengah menghadapi wabah kolera.

Otim menjelaskan bahwa kolera merupakan penyakit yang ditularkan melalui air, sehingga dapat “meledak dengan cepat” di tengah meningkatnya curah hujan di beberapa daerah. Ia menambahkan penyakit ini berpotensi berbahaya karena masa inkubasi yang singkat.

“Jadi sangat penting bagi kami untuk mendukung negara-negara ini untuk dapat merespons pada titik dimana wabahnya tidak menjadi terlalu besar,” ujar Otim, dikutip Jitunews dari Sputniknews.

Jerman Minta Rusia Jadi Pihak Pertama yang Upayakan Negosiasi dengan Ukraina

Sementara itu, dr. Matshidiso Moeti, direktur regional WHO untuk Afrika menambahkan bahwa situasi wabah kolera di salah satu negara Afrika, yaitu Malawi, makin memburuk di awal tahun 2023, setelah lebih dari 600 kasus baru tercatat di negara tersebut setiap harinya.

“Sejak Maret 2022, negara ini mengalami wabah kolera paling mematikan dalam sejarahnya,” kata WHO regional Afrika.

Di negara Mozambik, tercatat telah terjadi peningkatan tajam dalam jumlah kasus kolera di lima provinsi, termasuk yang berbatasan dengan Malawi, sejak pertengahan Desember 2022 kemarin.

Pada 26 Januari 2023, pemerintah Zambia memberi tahu WHO tentang wabah kolera di Provinsi Timur yang berbatasan dengan Malawi dan Mozambik.

“Masih ada risiko tinggi penyebaran penyakit ke negara lain di kawasan ini, termasuk Tanzania dan Zimbabwe,” tambahnya.

Selain itu, tiga negara lainnya, seperti Ethiopia, Kenya, dan Somalia, juga melaporkan bahwa wabah Kolera di wilayah mereka terus berlanjut.

Secara keseluruhan, 12 negara Afrika telah dilaporkan mengalami wabah kolera selama beberapa bulan terakhir.

WHO telah memperingatkan bahwa perubahan iklim dapat meningkatkan penyebaran epidemi kolera, karena bakteri penyebab penyakit dapat berkembang biak lebih cepat di air yang lebih hangat.

Menurut organisasi tersebut, alasan lain penyebaran penyakit ini adalah kekeringan yang sedang berlangsung. Ini memaksa banyak orang untuk bepergian, sehingga memperkuat penyebaran kolera dan menyebabkan banyak orang kekurangan gizi, meningkatkan risiko wabah kolera yang serius di wilayah tersebut.

Kolera disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Gejala Kolera biasanya ditandai dengan infeksi diare akut. Hingga kini, kolera masih menjadi ancaman global bagi kesehatan masyarakat, khususnya di negara-negara miskin atau sedang berkembang yang memiliki sanitasi yang buruk.

Ribuan Tentara Ukraina Dapat Pelatihan dari Jerman


Artikel ini bersumber dari www.jitunews.com.

error: Content is protected !!