Tidak Hanya Bekerja, Kini Suami di Kalbar Juga Terlibat Pekerjaan Rumah Tangga

Tidak Hanya Bekerja, Kini Suami di Kalbar Juga Terlibat Pekerjaan Rumah Tangga

Kamis, 24 November 2022 – 15:00 WIB

VIVA – Pekerjaan rumah tangga identik dengan kegiatan perempuan, bekerja di ruang publik identik dengan kegiatan laki-laki. Namun, sejak tahun 2000-an beberapa negara mencatat waktu perempuan di kegiatan rumah tangga semakin menurun, sedangkan waktu laki-laki untuk pekerjaan rumah tangga meningkat. Fenomena tersebut terjadi karena adanya peningkatan waktu perempuan di ruang publik. Akibatnya, waktu perempuan di rumah tangga akan disubstitusi oleh laki-laki.

Pada pasangan menikah, bekerja dan mengurus rumah tangga cenderung dilakukan bersama-sama untuk mencapai waktu luang bersama. Secara statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2020 Provinsi Kalimantan Barat mencatat paling banyak individu (laki-laki dan perempuan) melakukan pekerjaan rumah tangga ketika berstatus kawin, dibandingkan individu berstatus belum kawin, cerai hidup, atau cerai mati. Peran substitusi laki-laki tersebut terbukti mampu mendorong kestabilan pernikahan dan meningkatkan kesetaraan gender.

Menurut United Nations Development Programme (UNDP), unpaid care work atau pekerjaan rumah tangga dapat dibagi atas perawatan langsung (direct caring) dan perawatan tidak langsung (indirect caring).  Kegiatan yang meliputi perawatan langsung antara lain merawat orang sakit, menjaga dan mengasuh anak, merawat lansia, dan merawat individu dengan kebutuhan khusus. Kegiatan yang meliputi perawatan tidak langsung antara lain merapikan rumah, mempersiapkan makanan, memasak, mencuci piring, merapikan pakaian, mengambil air dan mengumpulkan kayu bakar.  Tidak hanya perempuan, beberapa kegiatan tersebut pun mulai melibatkan peran laki-laki. Hanya saja, Pailhé et al., (2019) melalui studinya di Paris menemukan bahwa keterlibatan laki-laki masih berupa kegiatan non rutin, seperti memperbaiki kerusakan, berkebun, atau berbelanja.

Substitusi laki-laki dalam melakukan pekerjaan rumah tangga dapat dijelaskan secara teori ekonomi modern. Penawaran tenaga kerja (labor supply) dapat digambarkan dalam proses produksi rumah tangga, dimana waktu yang dialokasikan seseorang dalam pekerjaan rumah tangga memberi kesempatan waktu luang dan income yang lebih besar untuk anggota rumah tangga lainnya. Nilai dari pekerjaan rumah tangga pun setara dengan bekerja diupah karena membutuhkan labor dan capital.

Trigger Suami yang Bekerja untuk Terlibat Pekerjaan Rumah Tangga

Pandangan tradisional melihat bahwa urusan di rumah tangga bersifat feminin, artinya lebih cocok dilakukan perempuan. Perempuan tradisional pun masih menganggap bahwa urusan rumah tangga adalah identitas dirinya. Namun sejak banyaknya perempuan masuk dalam ruang publik, waktu perempuan untuk berada di rumah semakin berkurang. Hal tersebut mendorong pasangannya untuk terlibat dalam pekerjaan rumah tangga. Studi tesis mahasiswi Universitas Indonesia menemukan bahwa di Indonesia tahun 2018, istri yang bekerja cenderung memiliki suami yang bekerja untuk terlibat dalam pekerjaan rumah tangga. Jika memperkecil scope nya,  kecenderungan ini pun terjadi di wilayah Kalimantan Barat pada periode yang sama. Istri yang bekerja cenderung tinggal dengan suami yang bersedia melakukan peran ganda, yaitu bekerja dan mengurus rumah tangga. Begitu pula sebaliknya, istri yang tidak bekerja cenderung tinggal dengan suami bekerja dan tidak mengurus rumah tangga.

Dalam ilmu sosial (social science), sikap individu akan memengaruhi individu lainnya dan terjadi secara berulang, timbal balik, serta terus menerus. Jika diteruskan dengan metode inferensial berupa model persamaan simultan – yang mengakomodasi keputusan individu dalam social science –, laki-laki menikah dan memiliki pekerjaan di Provinsi Kalimantan Barat cenderung 2 kali lebih tinggi melakukan pekerjaan rumah tangga ketika memiliki istri yang bekerja. Temuan ini dihasilkan setelah dikontrol oleh karakteristik sosial dan demografi lainnya. Adanya kesempatan bagi perempuan untuk bekerja di ruang publik memberi celah bagi laki-laki untuk mengerjakan kegiatan yang umumnya dianggap feminin.

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.

Artikel ini bersumber dari www.viva.co.id.

error: Content is protected !!