Swedia Masih Berusaha Lakukan Negosiasi dengan Pemerintah Turki soal Aksesi NATO, Terlepas dari Insiden Pembakaran Al Quran

Swedia Masih Berusaha Lakukan Negosiasi dengan Pemerintah Turki soal Aksesi NATO, Terlepas dari Insiden Pembakaran Al Quran

PM Swedia menegaskan bahwa bergabung dengan NATO adalah salah satu hal terpenting untuk melindungi keamanan nasional Swedia

JAKARTA, JITUNEWS.COM – Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson telah menekankan pentingnya aksesi Swedia ke dalam NATO secepat mungkin. Hal itu ia sampaikan dalam sebuah konferensi pers yang digelar ditengah kecaman yang semakin intens dari negara-negara Muslim terhadap Swedia, pasca insiden pembakaran Alquran baru-baru ini di Stockholm.

“Saya ingin mendesak semua orang di Swedia untuk menyadari berapa seriusnya masalah (aksesi NATO) ini,” katanya, dilansir Jitunews dari Sputniknews.

Ia menekankan bahwa situasi geopolitik saat ini sangat buruk, dan hampir mendekati situasi perang dunia. Oleh karena itu, lanjutnya, Swedia harus bergabung dengan aliansi NATO untuk melindungi keamanan nasionalnya.

Jerman Ijinkan Pengiriman Tank Leopard ke Ukraina, Begini Reaksi Rusia

“Ini nyata. Ini adalah hal terburuk yang kami alami sejak Perang Dunia II. Tidak ada masalah keamanan nasional yang lebih penting daripada kami dan Finlandia dengan cepat menjadi anggota NATO,” tambahnya.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Finlandia Pekka Haavisto menyatakan bahwa negaranya mungkin harus melanjutkan proses permohonan untuk menjadi negara anggota NATO tanpa Swedia.

Kristersson mengatakan dia “memahami rasa frustrasi Finlandia” jika Swedia “dikecualikan secara permanen.” Pada saat yang sama, Kristersson menekankan bahwa dia tengah berusaha melakukan lebih banyak “dialog yang berfungsi” dengan pemerintah Turki dan berharap Ankara bersedia memberikan ijin bagi Swedia untuk bergabung dengan NATO, terlepas dari adanya aksi pembakaran Al Quran.

“Saya pikir suasana yang sangat panas ini, di Swedia dan di seluruh dunia, berdampak buruk bagi keamanan Swedia,” tambahnya.

Dalam beberapa minggu terakhir, pembicaraan yang dilakukan oleh Swedia dan Finlandia dengan Turki terkait aksesi dua negara Nordik itu bergabung dengan NATO berjalan dengan rumit. Pasalnya, Turki meminta Swedia dan Finlandia untuk menghentikan dukungan mereka terhadap kelompok teroris Kurdi, hingga melakukan ekstradisi terhadap beberapa orang yang selama ini dicari oleh pemerintah Turki.

Proses negosiasi kemudian sempat mengalami ketegangan saat para pendukung kelompok teroris Kurdi menggelar aksi protes di Swedia dengan menggantung patung Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan situasi diperparah dengan aksi pembakaran Al Quran yang dilakukan oleh politisi sayap kanan garis keras Swedia, Rasmus Paludan, di depan kantor kedutaan besar Turki di Stockholm.

Terlepas dari kenyataan bahwa Paludan menerima izin pihak berwenang atas tindakan pembakarnya, Kristersson mengutuk pembakaran Alquran dan menyampaikan “simpati” kepada semua umat Muslim yang tersinggung dengan aksi tersebut. Belakangan, Kristersson mengakui bahwa ada kekuatan “baik di dalam maupun di luar Swedia” yang berusaha merusak peluang Swedia untuk bergabung dengan NATO dan “provokator” yang ingin merusak hubungan Swedia dengan negara lain.

Dicecar Pertanyaan soal Pembakaran Al Quran, Menlu Swedia Bungkam


Artikel ini bersumber dari www.jitunews.com.

error: Content is protected !!