Penurunan Tanah Semarang karena Penggunaan Air Tanah Berlebihan

Penurunan Tanah Semarang karena Penggunaan Air Tanah Berlebihan

JawaPos.com–Dosen Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Heri Sutanta menjelaskan bahwa penurunan muka tanah yang terus terjadi di Semarang dan Jakarta disebabkan penggunaan air tanah yang melebihi kapasitas.

”Hasil penelitian kami di Semarang, kondisi di Jakarta juga sama, penurunan muka tanah dipercepat oleh pemanfaatan air tanah yang berlebihan dan melebihi kapasitas imbuhannya,” ujar Heri seperti dilansir di Jogjakarta, Sabtu (7/1).

Menurut dia, kota besar di Indonesia seperti Semarang dan Jakarta berada di daerah pesisir yang tanahnya terbentuk dari aluvial karena hasil endapan sungai sehingga lebih mudah mengalami pemadatan dan akhirnya penurunan tanah. Dari hasil penelitian, di daerah tangkapan air Kota Semarang dulu terdapat banyak kebun, tanah tegalan, dan ruang terbuka, kemudian berubah menjadi kompleks perumahan, kawasan industri dan pembangunan infrastruktur lain.

”Hal tersebut yang menyebabkan berkurangnya imbuhan di cekungan air tanah (CAT) di Semarang,” kata Heri.

Dia menyebutkan, di Semarang kenaikan air laut global saat ini mencapai 3-5 milimeter per tahun sementara penurunan tanah mencapai 9 cm. ”Ada kenaikan penurunan tanah 30 kali lebih besar dibanding kenaikan air laut global,” terang Heri.

Menurut dia, faktor lokal penurunan tanah ini lebih berdampak pada kenaikan relatif permukaan laut di Semarang dan Jakarta. Bahkan, percepatan penurunan tanah menyebabkan dua kota ini sering dilanda banjir saat curah hujan tinggi karena posisi daratan di pesisir lebih rendah daripada air permukaan laut.

Heri berharap posisi daratan pesisir yang lebih rendah dari air permukaan laut ini dapat ditangani secara komprehensif, baik di Semarang maupun Jakarta. Daerah permukiman dan industri yang ada di kawasan pesisir saat ini, dapat dilindungi dengan tanggul laut.

Selanjutnya, kata dia, juga perlu disiapkan banyak pompa untuk mengalirkan air dari drainase ke sungai besar yang aliran airnya menuju laut. ”Harus ada pompa yang disiapkan walaupun membutuhkan biaya operasional yang besar,” papar Heri.

Menurut Heri, di antara kota besar di Indonesia, sementara ini hanya Semarang dan Jakarta yang mengalami proses penurunan tanah yang begitu cepat. Untuk mengantisipasi dampak yang lebih besar di kemudian hari, dia mengusulkan agar pemerintah membuat kebijakan yang komprehensif.

”Kebijakan pertama adalah mengatur pengambilan air tanah dan menjaga imbuhannya melalui perubahan pembatasan penggunaan lahan di daerah tangkapan air. Selanjutnya adalah menanggulangi dampaknya, misalnya pembangunan tanggul pantai untuk melindungi infrastruktur dan warga,” ucap Heri.

Editor : Latu Ratri Mubyarsah

Reporter : Antara


Artikel ini bersumber dari www.jawapos.com.

error: Content is protected !!