Mengenal Grebeg Sadranan di Tumang Boyolali, Tradisi Sambut Ramadan dengan Gairah Silaturahmi

Mengenal Grebeg Sadranan di Tumang Boyolali, Tradisi Sambut Ramadan dengan Gairah Silaturahmi

Warga dukuh Tumang menerima tamu dari kalangan saudara hingga sahabat dari wilayah lain.

BOYOLALI, JITUNEWS.COM – Dukuh Tumang sejuk, namun penuh gairah. Nyaris seluruh jalan mungilnya dipadati warga luar wilayah. Hanya paras semringah yang sekiranya pantas dipampang pada satu hari itu.

Hari itu adalah Senin, 13 Maret 2023. Dukuh Tumang menggelar tradisi Grebeg Sadranan. Peristiwa rutin ini diadakan menjelang bulan Ramadan. Sedari pagi sampai malam, setiap pintu rumah di wilayah Kecamatan Cepogo, Boyolali itu terbuka untuk tamu yang terdiri dari kalangan sanak saudara hingga sahabat antardesa. Sepintas terlihat, acara tersebut seperti ajang silaturahmi, akan tetapi berskala masif.

Sadranan, dalam tradisi muslim di Jawa, tak ubahnya seperti ziarah bersama. Istilah itu identik dengan kegiatan mendoakan leluhur atau kerabat yang telah tiada di suatu makam.

Ikut Puasa Ramadan, Ini Alasan Celine Evangelista

Kepala Desa Cepogo, Mawardi tak memungkiri bila Sadranan di dukuh Tumang dulu diselenggarakan sebagaimana tradisi di banyak tempat lainnya. Didasari penuturannya, sebenarnya makna Sadranan tak sepenuhnya bergeser. Menyambangi makam tetap dilakukan. Begitu juga dengan doa bersama—yang dihelat pada malam sebelum acara sadranan di wilayah rukun tetangga masing-masing.

“Menjelang bulan puasa, biasanya orang-orang, kan, membersihkan kuburan, memanjatkan doa, kemudian ketika pulang, mampir ke sanak saudara. Kenapa menjadi seperti ini (seperti silaturahmi)? Karena tempatnya (makam) tidak memungkinkan untuk dipakai tenongan seperti wilayah lain, akhirnya kita konsepnya lebih ke silaturahmi,” tutur Mawardi saat ditemui di kediamannya, Senin (13/3).

“Jadi untuk zikir tahlil itu malam hari (sebelum sadranan), dan dilaksanakan di RT masing-masing, tidak di makam. Di makam itu saat paginya, membersihkan makam. Kemudian arah berikutnya itu lebih ke silaturahmi,” tambah lelaki yang karib disapa Pak Dipo itu.

Terkait hari penyelenggaraan, Dipo menyebut hal itu sempat tak bisa dipastikan. Penandanya hanya sebelum Ramadan. Namun seiring waktu, waktu Sadranan di dukuh Tumang akhirnya ditetapkan, yakni setiap tanggal 20 bulan Sya’ban.

“Dan sebenarnya, sadranan yang pertama kali itu di Tumang. Baru kemudian berkembang ke wilayah sekitar Cepogo. Awal mulanya itu di sini,” pungkas Dipo.

Ramadan Kian Dekat, Israel Perintahkan Polisi Terus Hancurkan Rumah Warga Palestina yang Dicap Ilegal


Artikel ini bersumber dari www.jitunews.com.

error: Content is protected !!
Exit mobile version