Duloh Eksekutor, Dede Gali Kubur

Duloh Eksekutor, Dede Gali Kubur

JawaPos.com – Tiga serangkai pelaku pembunuhan berantai, yakni Wowon Erawan alias Aki, Solihin alias Duloh, dan Dede Solehudin, membagi tugas secara terstruktur. Ada yang berperan mencari dan merayu calon korban, ada juga yang bertugas sebagai jagal alias eksekutor.

Peran tiap-tiap pelaku itu dipaparkan oleh Kabidhumas Polda Metro Jaya Kombespol Trunoyudo Wisnu Andiko kemarin.

“Duloh sebagai eksekutor, kemudian Wowon atau Aki mengiming-imingi, menjanjikan, mencari para korban sehingga mau menyerahkan barangnya,’’ terang Trunoyudo.

Sedangkan Dede kebagian tugas menampung uang yang dikumpulkan dari para korban. Selain itu, dia bertugas menggali kuburan bagi para korban. Trunoyudo menegaskan, para pelaku tega berbuat kejam untuk menguasai harta para korbannya. ’’Solihin alias Duloh mengeksekusi dengan cara meracuni para korban,’’ lanjutnya.

Sebagaimana diberitakan, total ada sembilan orang yang dihabisi oleh Wowon cs. Lokasinya di Cianjur, Bekasi, dan Garut. Di Cianjur, korbannya adalah Wiwin (istri pertama Wowon), Halimah (istri kedua Wowon), Noneng (mertua Wowon), Bayu (anak Wowon dari Ai Maemunah), dan Farida (sedang diselidiki polisi).

Di Bekasi, korbannya adalah Ai Maemunah (istri Wowon), Ridwan Abdul Muiz (anak Ai Maemunah hasil pernikahan sebelumnya), dan Riswandi (anak Ai Maemunah dari pernikahan sebelumnya). Sedangkan seorang lagi adalah Siti, warga Garut.

’’Penyidik terus mendalami pemeriksaan terhadap para tersangka dan saksi. Ketiga tersangka saat ini berada di tahanan Polda Metro Jaya. Polisi juga akan mendalami kesehatan jiwa para tersangka,’’ kata Trunoyudo.

Namun, Dede masih dirawat di RS Polri. Trunoyudo menyebut, Dede sakit lantaran ikut meminum kopi racikan Solihin yang mengandung racun. ’’Kondisi kesehatannya akan kami sampaikan dalam rilis berikutnya,’’ ucapnya.

Menurut Trunoyudo, jajarannya mengedepankan pendekatan saintifik untuk mengungkap kasus tersebut. Dengan pendekatan itu, akurasi proses penyidikan bisa dipertanggungjawabkan secara teknis, prosedur, maupun ilmiah.

Lebih lanjut, dia menerangkan, polisi telah memeriksa beberapa lokasi yang menjadi tempat kejadian perkara. Baik di Cianjur maupun Bekasi. Selain itu, ada dua lokasi lain yang diduga terkait dengan kasus tersebut. Yakni, Garut dan Bandung Barat.

Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Indrawieny Panjiyoga menambahkan, tiga pelaku berhasil mengumpulkan Rp 1 miliar dari para korbannya. ’’Aliran dana ini dari beberapa korban yang berprofesi sebagai TKW, total ya. Ini masih kami cari siapa saja TKW tersebut,’’ katanya.

Dana Rp 1 miliar tersebut disimpan di rekening atas nama Dede. Sebelumnya, Dede sempat dianggap sebagai salah seorang korban. Namun, dia akhirnya ikut ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan Ai Maemunah dan kedua anaknya.

Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran mengatakan bahwa kasus tersebut masih terus dikembangkan oleh penyidik. Polisi juga masih mencari kemungkinan motif pelaku selain materi. Selain itu, bisa jadi ada korban lain yang belum terungkap.

Kontrakan Pelaku

Wowon alis Aki – Solihin alias Duloh – M. Dede Solehudin (HUMAS POLDA METRO JAYA)

Kelompok Wowon memiliki ’’markas’’ sendiri untuk merancang berbagai aksinya. Mereka mengontrak sebuah rumah di Kampung Babakan Curug, Desa Kertajaya, Kecamatan Ciranjang, Cianjur. Di rumah itu pula para pelaku mengubur jenazah korbannya yang bernama Farida, seorang TKW.

Dedi Somantri, pemilik rumah kontrakan itu, mengatakan kepada Radar Cianjur bahwa urusan sewa rumah tersebut di-handle oleh Solihin. ’’Dia ngontrak sekitar tahun 2001, atas nama dia, Solihin,’’ terang Dedi, Minggu (22/1).

Selain Solihin, menurut Dedi, ada tiga orang lain yang menempati rumah tersebut. Yakni, satu orang laki-laki dan dua perempuan. Namun, Dedi mengaku tak begitu mengenal tiga orang tersebut. ’’Yang saya tahu, Pak Solihin ini berjualan buah. Kalau Farida ini setahu saya anaknya Pak Solihin,’’ ujarnya. Sempat tebersit rasa curiga melihat gelagat Solihin cs yang menutup diri dari lingkungan sekitar. Dia jarang bergaul dengan tetangga.

Mengenai status Farida, lanjut Dedi, keterangan yang dilontarkan Solihin berubah-ubah. Terkadang Solihin menyebut Farida adalah anaknya. Namun, di lain waktu, dia pernah menyebut Farida sebagai istrinya. ’’Kalau ke saya ngakunya anak, tapi ke para tetangga diakuinya sebagai istri,’’ ungkap Dedi.

Dia mengaku kaget dengan penemuan jenazah korban pembunuhan di rumah kontrakannya. Sebab, sepeninggal Solihin cs, tak terlihat hal-hal yang mencurigakan. ’’Semuanya tetap rapi dan tidak ada yang berubah, seperti tempat yang dibongkar kemarin di dalam rumah karena keramiknya sama seperti awal,’’ ujarnya.


Artikel ini bersumber dari www.jawapos.com.

error: Content is protected !!
Exit mobile version