11 Contoh Tembang Macapat Bahasa Jawa dan Artinya

11 Contoh Tembang Macapat Bahasa Jawa dan Artinya

3 menit

Dalam bahasa Jawa, ada karya sastra yang dikenal dengan istilah tembang macapat. Ketahui pengertian dan contoh tembang macapat di sini, yuk!

Tembang macapat adalah puisi Jawa tradisional yang terikat oleh aturan-aturan tertentu, mulai dari guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu.

Pengertian Tembang Macapat dalam Bahasa Jawa:

Tembang macapat yaiku tembang utawa puisi gagrag lawas sing kaiket paugeran tartamtu kayata guru gatra, guru wilangan, lan guru lagune.

Lebih lengkapnya, simak penjelasan jenis dan contoh tembang macapat dalam bahasa Jawa berikut ini!

Contoh Tembang Macapat

sumber: detik.com

1. Tembang Maskumambang

Tembang macapat maskumambang adalah tembang yang menceritakan tentang tahap pertama dalam perjalanan hidup manusia.

Berikut ini contoh tembang maskumambang dan artinya:

Nadyan silih bapa biyung kaki nini,

Sadulur myang sanak,

Kalamun Muruk tan becik,

Nora pantes yen den nuta.

 

Artinya:

Walaupun meminjam bapak ibu, kakek nenek,

Saudara-saudaranya,

Kalau mengajari yang tidak baik,

Tidak pantas kalau ditiru.

2. Tembang Mijil

Tembang mijil adalah tembang macapat yang mewakili kehidupan manusia ketika baru saja dilahirkan.

Wulang estri kang wus palakrami

Lamun pinitados

Amerngkoni mring balewismane

Among putra marusentanabdi

Deng angati-ati

Ing sadurungipun

 

Artinya:

Nasihat untuk wanita yang sudah berumah tangga

Hendaknya dapat dipercaya

Melindungi rumah tangganya

Mengasuh anak, maru keluarga dan abdi

Selalu berhati-hati

Sebelum melakukan sesuatu

3. Tembang Sinom

Sinom berasal dari kata nom yang berarti muda atau belia. Maka dari itu, tembang ini mewakili tahap kehidupan manusia saat mulai beranjak dewasa.

Amengani jaman edan

Ewuh aya ing pambudi

Melu edan nora tahan

Yen tan melu anglakoni

Boya keduman melik

Kaliren wekassanipun

Dilalah kersa Allah

Begja-begjane kang lali

Luwih begja kang eling lawan waspada

 

Artinya:

Mengalami zaman gila

Sulit dalam pikiran

Ikut gila tidak tahan

Kalau tidak ikut melakoni

Tidak dapat bagian apa-apa

Kelaparan akhirnya

Untungnya kehendak Allah

Sebaik-baiknya orang lupa

Lebih beruntung yang senantiasa ingat dan waspada

4. Tembang Kinanthi

Tembang kinanthi menceritakan tentang kehidupan seorang anak muda yang masih membutuhkan tuntunan dari orang tuanya.

Padha gulangen ing kalbu

Ing Sasmita amrip lantip

Aja pijer mangan nendra

Ing kaprawiran den kaesthi

Pesunen sarinira

Sudanen dhahar lan guling

 

Artinya:

Lihatlah di dalam hatimu

Tentang suara hati agar menjadi pandai

Jangan hanya makan dan tidur

Turutilah jiwa kesatria

Kendalikanlah anggota tubuhmu

Kurangilah makan dan minum

5. Tembang Asmarandana

Tembang asmarandana adalah tembang yang menceritakan tahap kehidupan manusia yang sudah mulai merasakan cinta.

Kidung kedresaning kapti,

Yayah nglamong tanpa mangsa,

Hingan silarja jatine,

Satata samaptaptinya,

Raket rakiting ruksa,

Tahan tumaneming siku,

Karasuk sakeh kasrakat.

 

Artinya:

Nyanyian kesungguhan hati,

Seolah meracau tanpa kenal waktu,

Hingga keselamatan yang paling hakiki,

Selalu siap hatinya,

Menghadapi rangkaian gangguan,

Kuat menghadapi kemarahan,

Menerima semua penderitaan.

6. Tembang Gambuh

Tembang gambuh adalah tembang yang mengisahkan tahap kehidupan manusia ketika sudah bertemu dengan pasangan yang cocok.

Sekar gambuh ping catur,

Kang cinatur polah kang kalantur,

Tanpa tutur katula-tula katali,

Kadalu warsa kapatuh,

Katutuh pan dadi awon.

 

Artinya:

Tembang gambuh yang keempat,

Yang dibicarakan tingkah laku yang melenceng,

Tanpa nasihat akan terlunta-lunta,

Kedaluwarsa menjadi kebiasaan,

Disalahkan sudah mengerti menjadi jelek.

7. Tembang Dhandhanggula

Tembang dhandhanggula mewakili tahap kehidupan manusia ketika sedang merasakan manisnya hidup saat baru berumah tangga.

Yogyanira kang para prajurit

Lamun bisa samiyp anuladha

Duk ing nguni caritane

Andelira sang Prabu

Sasrabau ing Maespati

Aran Patih Suwanda

Lelabuhanipun

Kang ginelung tri prakara

Guna kaya purun ingkang den antepi

Nuhoni trah utama

 

Artinya:

Sepantasnya para prajurit

Hendaknya bisa mencontoh

Seperti cerita zaman dahulu

Kepercayaan sang Prabu

Sasrabau di Maespati

Bernam Patih Suwondo

Lelabuhannya

Yang Dibingkai tiga perkara

Berguna seperti mau dipegang teguh

Meniru keluarga utama

8. Tembang Durma

Tembang durma mengisahkan kehidupan manusia yang suatu saat bisa mengalami duka maupun kekurangan.

Para siswa gatekno bab kang utama

Pisan sholat lan ngaji

Ngabekti wong tuwa

Kang rukun marang kanca

Sabar nalika di uji

Tansah nerima

Nuju mulyane urip

 

Artinya:

Para siswa menjadikan sekolah yang utama

Juga salat dan mengaji

Berbakti kepada orang tua

Rukun dengan teman

Sabar ketika diuji

Juga menerima

Untuk menuju kemuliaan hidup

9. Tembang Pangkur

Tembang pangkur adalah tembang yang menggambarkan manusia yang harus selalu menjauhi atau meninggalkan hawa nafsu dan angkara murka dari kehidupan.

Mingkar-mingkuring angkara,

Akarana karenan mardi siwi,

Sinawung resmining kidung,

Sinuba sinukarta,

Mrih kertarto, pakartining ngelmu luhung,

Kang tumrap neng tanah Jawi,

Agama-ageming aji.

 

Artinya:

Disingkur oleh angkara,

Oleh karena puas dengan anak didik,

Dihiasi nyanyian yang resmi,

Disambut diselamatkan,

Agar selamat budi pekerti ilmu luhur,

Bagi orang tanah Jawa,

Agama adalah pedomannya.

10. Tembang Megatruh

Tembang megatruh secara filosofi menceritakan tentang tahap kehidupan manusia ketika nyawa atau ruh mereka terpisah dari raganya.

Aja sipat tan pegat siyang myang dalu,

Amuwun ing ngarsa mami,

Nora pajar kang kinayun,

Lah mara sira den aglis,

Tutura mringjeneng ingong.

 

Artinya:

Jangan segera memisahkan siang dan malam,

Menangis di hadapan saya,

Tidak terang yang dikehendaki,

Segeralah datang dia dengan segera,

Berkatlah dengan nama saya.

11. Tembang Pocung

Tembang pocung menggambarkan tentang ritual melepaskan kepergian seseorang yang sudah meninggal.

Beda lamun kang wus sengsem reh ngasamun,

Semune ngaksama,

Sasamane bangsa sisip,

Sarwa sareh saking mardi martatama.

 

Artinya:

Tetapi berbeda dengan yang sudah suka menyepi,

Tampak sifat pemaaf,

Antarmanusia yang penuh salah,

Selalu sabar dengan jalan mengutamakan sikap rendah hati.

Sejarah Tembang Macapat

Dikutip dari jurnal Fungsi Sosial Kemasyarakatan Tembang Macapat karya Puji Santosa, tembang macapat adalah karya sastra Jawa yang sudah lama dikenal.

Konon, macapat diturunkan dari dewa kepada Pendeta Walmiki dan diperbanyak oleh sang pujangga istana Yogiswara dari Kediri.

Sementara itu, menurut buku Macapat Tembang Jawa Indah dan Karya Makna oleh Zahra Haidar, tembang macapat disebut diciptakan oleh Prabu Dewawasesa atau Prabu Banjaran Sari di Sigaluh pada 1279 Masehi.

Pendapat lain mengatakan bahwa tembang macapat tidak diciptakan oleh satu orang, tetapi oleh beberapa wali dan bangsawan.

Tokoh-tokoh tersebut adalah Sunan Giri Kedaton, Sunan Giri Prapen, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati, Sunan Muryapada, Sunan Kalijaga, Sultan Pajang, Sultan Adi Eru Cakra, dan Adipati Nata Praja.

Aturan dan Struktur Tembang Macapat

Tembang macapat terdiri dari tiga unsur, yakni guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan.

  • Guru gatra: Pedoman baris
  • Guru lagu: Pedoman jatuhnya aksara vokal di akhir kata dalam setiap baris
  • Guru wilangan: Pedoman jumlah suku kata dalam setiap baris

***

Semoga artikel ini bermanfaat untuk kamu, ya!

Simak artikel menarik lainnya hanya di berita.99.co.

Temukan juga berbagai topik menarik di Google News Berita 99.co.

Jika sedang mencari rumah, dapatkan rekomendasinya di www.99.co/id dan Rumah123.com.

Mencari rumah jadi lebih mudah dan aman karena kami selalu #AdaBuatKamu.

Berencana tinggal di Kota Bandung? Cek Grahawangi City View!

Artikel ini bersumber dari berita.99.co.

error: Content is protected !!