Dalam bahasa Jawa, ada karya sastra yang dikenal dengan istilah tembang macapat. Ketahui pengertian dan contoh tembang macapat di sini, yuk!
Tembang macapat adalah puisi Jawa tradisional yang terikat oleh aturan-aturan tertentu, mulai dari guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu.
Pengertian Tembang Macapat dalam Bahasa Jawa:
Tembang macapat yaiku tembang utawa puisi gagrag lawas sing kaiket paugeran tartamtu kayata guru gatra, guru wilangan, lan guru lagune.
Lebih lengkapnya, simak penjelasan jenis dan contoh tembang macapat dalam bahasa Jawa berikut ini!
Contoh Tembang Macapat
1. Tembang Maskumambang
Tembang macapat maskumambang adalah tembang yang menceritakan tentang tahap pertama dalam perjalanan hidup manusia.
Berikut ini contoh tembang maskumambang dan artinya:
Nadyan silih bapa biyung kaki nini,
Sadulur myang sanak,
Kalamun Muruk tan becik,
Nora pantes yen den nuta.
Artinya:
Walaupun meminjam bapak ibu, kakek nenek,
Saudara-saudaranya,
Kalau mengajari yang tidak baik,
Tidak pantas kalau ditiru.
2. Tembang Mijil
Tembang mijil adalah tembang macapat yang mewakili kehidupan manusia ketika baru saja dilahirkan.
Wulang estri kang wus palakrami
Lamun pinitados
Amerngkoni mring balewismane
Among putra marusentanabdi
Deng angati-ati
Ing sadurungipun
Artinya:
Nasihat untuk wanita yang sudah berumah tangga
Hendaknya dapat dipercaya
Melindungi rumah tangganya
Mengasuh anak, maru keluarga dan abdi
Selalu berhati-hati
Sebelum melakukan sesuatu
3. Tembang Sinom
Sinom berasal dari kata nom yang berarti muda atau belia. Maka dari itu, tembang ini mewakili tahap kehidupan manusia saat mulai beranjak dewasa.
Amengani jaman edan
Ewuh aya ing pambudi
Melu edan nora tahan
Yen tan melu anglakoni
Boya keduman melik
Kaliren wekassanipun
Dilalah kersa Allah
Begja-begjane kang lali
Luwih begja kang eling lawan waspada
Artinya:
Mengalami zaman gila
Sulit dalam pikiran
Ikut gila tidak tahan
Kalau tidak ikut melakoni
Tidak dapat bagian apa-apa
Kelaparan akhirnya
Untungnya kehendak Allah
Sebaik-baiknya orang lupa
Lebih beruntung yang senantiasa ingat dan waspada
4. Tembang Kinanthi
Tembang kinanthi menceritakan tentang kehidupan seorang anak muda yang masih membutuhkan tuntunan dari orang tuanya.
Padha gulangen ing kalbu
Ing Sasmita amrip lantip
Aja pijer mangan nendra
Ing kaprawiran den kaesthi
Pesunen sarinira
Sudanen dhahar lan guling
Artinya:
Lihatlah di dalam hatimu
Tentang suara hati agar menjadi pandai
Jangan hanya makan dan tidur
Turutilah jiwa kesatria
Kendalikanlah anggota tubuhmu
Kurangilah makan dan minum
5. Tembang Asmarandana
Tembang asmarandana adalah tembang yang menceritakan tahap kehidupan manusia yang sudah mulai merasakan cinta.
Kidung kedresaning kapti,
Yayah nglamong tanpa mangsa,
Hingan silarja jatine,
Satata samaptaptinya,
Raket rakiting ruksa,
Tahan tumaneming siku,
Karasuk sakeh kasrakat.
Artinya:
Nyanyian kesungguhan hati,
Seolah meracau tanpa kenal waktu,
Hingga keselamatan yang paling hakiki,
Selalu siap hatinya,
Menghadapi rangkaian gangguan,
Kuat menghadapi kemarahan,
Menerima semua penderitaan.
6. Tembang Gambuh
Tembang gambuh adalah tembang yang mengisahkan tahap kehidupan manusia ketika sudah bertemu dengan pasangan yang cocok.
Sekar gambuh ping catur,
Kang cinatur polah kang kalantur,
Tanpa tutur katula-tula katali,
Kadalu warsa kapatuh,
Katutuh pan dadi awon.
Artinya:
Tembang gambuh yang keempat,
Yang dibicarakan tingkah laku yang melenceng,
Tanpa nasihat akan terlunta-lunta,
Kedaluwarsa menjadi kebiasaan,
Disalahkan sudah mengerti menjadi jelek.
7. Tembang Dhandhanggula
Tembang dhandhanggula mewakili tahap kehidupan manusia ketika sedang merasakan manisnya hidup saat baru berumah tangga.
Yogyanira kang para prajurit
Lamun bisa samiyp anuladha
Duk ing nguni caritane
Andelira sang Prabu
Sasrabau ing Maespati
Aran Patih Suwanda
Lelabuhanipun
Kang ginelung tri prakara
Guna kaya purun ingkang den antepi
Nuhoni trah utama
Artinya:
Sepantasnya para prajurit
Hendaknya bisa mencontoh
Seperti cerita zaman dahulu
Kepercayaan sang Prabu
Sasrabau di Maespati
Bernam Patih Suwondo
Lelabuhannya
Yang Dibingkai tiga perkara
Berguna seperti mau dipegang teguh
Meniru keluarga utama
8. Tembang Durma
Tembang durma mengisahkan kehidupan manusia yang suatu saat bisa mengalami duka maupun kekurangan.
Para siswa gatekno bab kang utama
Pisan sholat lan ngaji
Ngabekti wong tuwa
Kang rukun marang kanca
Sabar nalika di uji
Tansah nerima
Nuju mulyane urip
Artinya:
Para siswa menjadikan sekolah yang utama
Juga salat dan mengaji
Berbakti kepada orang tua
Rukun dengan teman
Sabar ketika diuji
Juga menerima
Untuk menuju kemuliaan hidup
9. Tembang Pangkur
Tembang pangkur adalah tembang yang menggambarkan manusia yang harus selalu menjauhi atau meninggalkan hawa nafsu dan angkara murka dari kehidupan.
Mingkar-mingkuring angkara,
Akarana karenan mardi siwi,
Sinawung resmining kidung,
Sinuba sinukarta,
Mrih kertarto, pakartining ngelmu luhung,
Kang tumrap neng tanah Jawi,
Agama-ageming aji.
Artinya:
Disingkur oleh angkara,
Oleh karena puas dengan anak didik,
Dihiasi nyanyian yang resmi,
Disambut diselamatkan,
Agar selamat budi pekerti ilmu luhur,
Bagi orang tanah Jawa,
Agama adalah pedomannya.
10. Tembang Megatruh
Tembang megatruh secara filosofi menceritakan tentang tahap kehidupan manusia ketika nyawa atau ruh mereka terpisah dari raganya.
Aja sipat tan pegat siyang myang dalu,
Amuwun ing ngarsa mami,
Nora pajar kang kinayun,
Lah mara sira den aglis,
Tutura mringjeneng ingong.
Artinya:
Jangan segera memisahkan siang dan malam,
Menangis di hadapan saya,
Tidak terang yang dikehendaki,
Segeralah datang dia dengan segera,
Berkatlah dengan nama saya.
11. Tembang Pocung
Tembang pocung menggambarkan tentang ritual melepaskan kepergian seseorang yang sudah meninggal.
Beda lamun kang wus sengsem reh ngasamun,
Semune ngaksama,
Sasamane bangsa sisip,
Sarwa sareh saking mardi martatama.
Artinya:
Tetapi berbeda dengan yang sudah suka menyepi,
Tampak sifat pemaaf,
Antarmanusia yang penuh salah,
Selalu sabar dengan jalan mengutamakan sikap rendah hati.
Sejarah Tembang Macapat
Dikutip dari jurnal Fungsi Sosial Kemasyarakatan Tembang Macapat karya Puji Santosa, tembang macapat adalah karya sastra Jawa yang sudah lama dikenal.
Konon, macapat diturunkan dari dewa kepada Pendeta Walmiki dan diperbanyak oleh sang pujangga istana Yogiswara dari Kediri.
Sementara itu, menurut buku Macapat Tembang Jawa Indah dan Karya Makna oleh Zahra Haidar, tembang macapat disebut diciptakan oleh Prabu Dewawasesa atau Prabu Banjaran Sari di Sigaluh pada 1279 Masehi.
Pendapat lain mengatakan bahwa tembang macapat tidak diciptakan oleh satu orang, tetapi oleh beberapa wali dan bangsawan.
Tokoh-tokoh tersebut adalah Sunan Giri Kedaton, Sunan Giri Prapen, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati, Sunan Muryapada, Sunan Kalijaga, Sultan Pajang, Sultan Adi Eru Cakra, dan Adipati Nata Praja.
Aturan dan Struktur Tembang Macapat
Tembang macapat terdiri dari tiga unsur, yakni guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan.
- Guru gatra: Pedoman baris
- Guru lagu: Pedoman jatuhnya aksara vokal di akhir kata dalam setiap baris
- Guru wilangan: Pedoman jumlah suku kata dalam setiap baris
***
Semoga artikel ini bermanfaat untuk kamu, ya!
Simak artikel menarik lainnya hanya di berita.99.co.
Temukan juga berbagai topik menarik di Google News Berita 99.co.
Jika sedang mencari rumah, dapatkan rekomendasinya di www.99.co/id dan Rumah123.com.
Mencari rumah jadi lebih mudah dan aman karena kami selalu #AdaBuatKamu.
Berencana tinggal di Kota Bandung? Cek Grahawangi City View!
Artikel ini bersumber dari berita.99.co.